ILMU SOSIAL DALAM SYARIAT ISLAM
(Sosiologi fii Islamologi)
"Jangan ganggu kami dengan hal yg tidak penting..."
Pernahkah kita mendengar ucapan semacam ini..? tentu pernah yaa?? dalam fragmentasi kehidupan sehari -hari?? Seberapa sering..??
Ucapan diatas terkadang atau bahkan sering kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat. Ucapan tersebut tidaklah ada dalam kamus ilmu sosiologi, artinya : yg mengatakan demikian berarti perlu di tanyakan ilmu sosial kemasyarakatan (IPS) nya. Dalam agama manapun juga tidak ada ajaran yg demikian.
ماشاءالله... لا قوّة الاّ بالله...
Al-Qur’an menggarisbawahi bahwa: “Sungguh manusia berlaku sewenang-wenang, bila ada yang merasa tidak butuh" (QS. Al-Alaq ayat 6-7).
Salah satu dampak sikap sok merasa tidak butuh orang lain adalah keengganan menjalin hubungan, keengganan saling mengenal. Jika sikap macam itu terus dipelihara, pada gilirannya bisa melahirkan bencana bagi dirinya (utamanya) dan pengrusakan kpd orang lain, lingkungan masyarakat, dan di dunia pada umunya.
Memang manusia memiliki kecenderungan mencari bahkan bersaing dan berlomba menjadi yang terbaik. Banyak sekali manusia yang menduga bahwa kepemilikan materi, kecantikan serta kedudukan sosial yang disebabkan oleh kekuasaan atau garis keturunan merupakan kemuliaan yang harus dimiliki. Karena itulah banyak yang berusaha meraihnya dan saling berkompetisi untuk mendapatkannya.
Tetapi bila diamati secara seksama, apa yang dianggap keistimewaan dan sumber kemuliaan itu sifatnya sangat sementara bahkan tidak jarang mengantar pemiliknya kepada kebinasaan. Jika demikian, hal-hal tersebut berarti bukanlah sumber kemuliaan.
Kemuliaan adalah sesuatu yang langgeng sekaligus membahagiakan secara terus-menerus. Kemuliaan abadi dan langgeng itu ada di sisi Allah SWT. Dan cara mencapainya adalah dengan mendekatkan diri kepada-Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan meneladani sifat-sifat-Nya sesuai kemampuan manusia,
Itulah TAQWA...
Alloh SWT menandaskan dalam Al-Qur'an :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56).
...Dan bersosial, bermasyarakat, menjaga hubungan dengan baik, silaturrahim, saling tebar salam, tebar senyum, dan tebar sapa adalah salah satu wujud ibadah kepada Allah SWT pada haqiqatnya. Memuliakan manusia (tanpa pandang bulu, tanpa pandang status sosial, tanpa membeda bedakan) maupun memuliakan makhluq, berarti ia telah memuliakan Allah SWT sebagai Sang Khaliq (pencipta).
Semoga yang sedikit ini bisa mengingatkan kita tentang perlu dan pentingnya saling menghormati dan menghargai (tanpa membedakan status) dalam interaksi sosial kehidupan kita.
ingsun sholihin,
Tiyangalit ngayogyakarta hadiningrat,
04 Ruwah 1442H/ 17 Maret 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar