Kamis, 31 Desember 2020

PRAHARA MALAM SUNYI


 



Mari sejenak kita "bertafakkur" serta merenung atas rutinitas kita di penghujung tahun dan permulaan tahun baru. Menimbang manfaat dan mudhorotnya, lalu kita tentukan sikap, take action untuk menuju kebaikan kedepan. Semoga kita bisa mengambil beberapa pelajaran dari video sederhana nan pendek ini. 


*PRAHARA MALAM SUNYI TERJADI (LAGI)*


Bising suara-suara kembang api (tadi),

Terjadi di tengah malam sunyi, 

Membuat jiwa – jiwa terjaga lagi...

Seorang bayi menangis tiada henti, 

manula (lansia) kaget setengah mati

Nyenyak tidur terusik kembali, 

hewanpun tak luput dari kegaduhan malam ini... 


Riuh terompet bersahutan, Bak sebuah hal yang sangat berarti

Sementara genta bertalu duabelas kali, Menjadikan kelengkapan bunyi – bunyi

Sekaligus tanda awal permulaan tanda yang dinanti...

Sebagian mereka melonjak tinggi – tinggi, Sembari meneriakkan “pekik” tradisi

Suka cita tak berhenti menghiasi


Semua yang terjadi malam kali ini, bukan sekedar isapan jempol belaka lagi

Bukan pula hal yang perlu ditutup – tutupi...

Sebuah  ceremonial adat kaum negeri, adat yang menciderai rasionalitas ini

Juga telah mempesona inti hati, serta telah menutup pekanya intuisi

Sehingga telah menganggap kaprah segala hal yang terjadi

Tak jarang melanggar hukum asasi Dan.... tak sadar telah merenggut hak insani,


Demi memburu kesenangan hati dan sensai, jutaan rupiahpun terbuang tiada arti

Entah hal ihwal apa yang mendasari....???

Entah madu manfaat apa yang dicari ....???

Yang jelas, madu belum tentu didapati,

Namun racun mudhorot sudah tentu diperoleh pasti.


Yogyakarta, 01 Januari 2021

Sajak ini dibuato Pada 18 Shofar 1434 H/ 01 Januari 2013 M, Pukul 03:03 WIB di kampung Malangan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta. 

Ingsun Sholihin

Rabu, 23 September 2020

BELAJAR ONLINE MAPEL FIQIH KELAS VIII

 ▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬

  *MAPEL FIQH Kelas VIII Pa/Pi*

▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬

DARING - 24 Sept 2020




          *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*


Santri-santri Rohimani Wa Rohimakumullah, semoga dalam keadaan sehat wal 'afiat dhohir bathin. Yaa??? Aamiin. 

Santri, Mapel Fiqh kita kali ini akan membahas lagi tentang "Sujud  Tilawah" Sesuai yg di buku. Silahkan dibuka kembali buku paket halaman 12 -13 saja. 

Sebagai pelengkap bahasan, silahkan dengarkan audio yg kami kirim. Download dan dengarkan dg seksama. Link dibawah ini :


<div><iframe width="300" height="60" src="https://vocaroo.com/embed/1ovAfUFjt4YG" frameborder="0"></iframe><br><a href="https://voca.ro/1ovAfUFjt4YG" title="Perekam Suara Vocaroo" target="_blank">Lihat di Vocaroo &gt;&gt;</a></div>


https://voca.ro/1ovAfUFjt4YG


📌 Bisa disiapkan  Kamus Bahasa Arab atau Aplikasi Kamus online/ penerjemah bahasa. Kita akan membahas :


1️⃣ ✒ *MENGENAL IBADAH "SUJUD"* Makna dan kedudukannya di dalam islam ataupun dalam peribadatan. 

2️⃣ ✒️ *DALIL DAN HUKUM* Silahkan Cari Definisi (Ta'rif), Hukum, Dalil/ Landasan Quran - Haditsnya.


📜 *TUGAS :*  

(1) Tulislah kembali inti pembahasan kita hari ini dalam 1-3bparagraf (boleh dlm bahasa indonesia). 


(2) Tulislah 5 ayat Quran yg termasuk dalam "ayat sajdah". Tulis ayathya + terjemahannya. 

*Tugas ditulis*  di buku tugas Fiqih, lalu foto dan  dikirim ke nmr ustadz, *tugas dikumpulkan/ dikirim maksimal siang sore ini Jam 15:00 WIB* di nmr WA berikut ini :

📩 wa.me/6287839297655


شكرا، 

*والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته...*


           

               🚨🙏🙏🙏🚨

       •┈┈•┈┈•⊰☘☘⊱•┈┈•┈┈•

   *cari ilmu tanpa ragu-tiada jemu*

       •┈┈•┈┈•⊰☘☘⊱•┈┈•┈┈•

Senin, 27 April 2020

NASIHAT DIRI




NASIHAT DIRI


MAU TAHU APA YANG MEMBUAT ALLAH  SENANG...???
(Menjadi Pribadi Sholih dan Mushlih)
Oleh : ingsun sholihin





TERKADANG atau mungkin sering, sebagai seorang muslim kita merasa bangga dan puas atas amal ibadah yang selama ini kita lakukan. Bangga karena sudah bergelar "Haji" atau Hajah", merasa bangga dan puas karena sudah melakukan tahajjud/ sholat malam sampai berbekas di kening  (hitam), atau sudah merasa bangga karena telah melakukan puasa Ramadhan dengan tertib dan tak ketinggalan puasa sunnah senin kamis atau puasa dawud. Dan lain sebagainnya. Apakah hal demikian ini yang masih kita alami selama ini sampai sekarang ...???



Saudaaku, pernah suatu saat Nabi Musa juga merasa demikian. Terjadilah dialog antaa Nabi Musa Kalimullah dengan Sang Khaliq. 

Nabi Musa  : Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah. Lalu manakah ibadahku yang membuat Engkau senang...?

Allah SWT : SHOLAT, Sholat mu itu untukmu sendiri, karena dengan mengerjakan sholat, engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar. 

DZIKIR, Dzikirmu itu hanya untukmu sendiri, membuat hatimu menjadi tenang.

PUASA, Puasamu itu untukmu sendiri, melatih dirimu untuk memerangi hawa nafsumu sendiri.

Nabi Musa : Lalu apa ibadahku yang membuat hati-Mu senang Ya Allah ...???

Allah SWT  : SEDEKAH, INFAQ, ZAKAT serta PERBUATAN BAIK mu. Itulah yang membuat Aku (Allah SWT) senang, karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, Aku hadir disampingnya. Dan Aku akan mengganti dengan ganjaran 700 kali, seperti Janji Alloh SWT berikut ini :


 مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ 

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.


الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Baqarah 261-262).

Saudaraku se-iman, Agama islam mengajarkan kita pinsip keseimbangan, akhirat selamat duniapun didapat, sesuai dengan doa sapu jagad yang diajakan Nabi Muhammad. Sebagai muslim, selain punya kesholihan individual, juga harus punya kesholihan sosial. Menjadi seorang yang "SHOLIH" (baik untuk diri sendiri) iu bagus. Namun akan leBih bagus lagi kalau menjadi seorang yang "MUSHLIH" (baik untuk diri sendiri dan juga baik untuk orang lain disekitar kita). Bercita-citalah sebagai pribadi yang SHOLIH - MUSHLIH, itu yang lebih afdhol sesuai harapan Nabi kepada ummatnya.

Ada kalam hikmah mengatakan : "Saat orang itu sholih, pasti banyak orang yang suka. Namun ketika menjadi mushlih, maka akan banyak orang yang membenci". Sholih itu orang yang baik, sedangkan Mushlih itu orang yang melakukan kebaikan, ketika orang sudah melakukan kebaikan/ perubahan dari buruk dirubah menjadi baik, maka akan mengundang perhatian orang banyak, tidak semua orang akan menyambut baik apa yang telah dilakukan seoang mushlih tadi. Itulah resiko sebuah perjuangan menegakkan ajaran nilai-nilai Islam. Allah berfiman dalam kalam-Nya di surah Huud ayat 117 :

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.

Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara lalim) dengan sesuka-Nya terhadap negeri-negeri tersebut (sedangkan penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan, orang-orang yang beriman Selama masih ada orang yang mushlih - berbuat kebaikan di suatu kampung/ negeri maka Allah SWT tidak akan mengadzab/ membinasakan nageri atau wilayah tersebut.

Maka...., Apabila kamu sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan itu, maka itu tandanya kamu hanya mencintai dirimu sendiri, bukan Allah. Tapi, bila kau berbuat baik dan berkorban untuk orang lain, maka itu tandanya kau mencintai Allah dan tentu Allah senang karenanya. Buatlah Allah senang maka Allah akan limpahkan rahmat-Nya dengan membuat hidupmu lapang  dan bahagia. Aamiin.

( disarikan dan digubah dari Kitab Mukasyafatul Qulub - Karya Imam Al Ghazaliy )

Maguwo Banthengan, Banguntapan, Bantul
05 Ramadhan 1441 H/ 27 April 2020M


Kamis, 23 April 2020

NASIHAT MENUJU RAMADHAN




آدَابُ الصِّيَامِ
ADAB-ADAB PUASA
(DINUQIL  DARI KITAB BIDAYATUL HIDAYAH KARYA IMAM AL-GHAZALI)
PENYAJI : INGSUN SHOLIHIN

Bismillaah. Alhamdulillaah...

Pada hari ini, Kamis  Wage 29 Sya’ban 1441 H bertepatan dengan tanggal 23 April 2020 M. Di tengah pandemic wabah Coronavirus (Covid-19) ini dan di penghujung bulan Sya’ban ini kita masih dikaruniai kesehatan dan kenikmatan tak terhingga dari Allah SWT. Sementara  Bulan Ramadhan akan datang, tinggal menghitung beberapa jam lagi. InsyaAllah tanggal 01 Ramadhan 1441 H jatuh di hari Jumah Kliwon besuk bertepatan dengan tanggal 24 April 2020 M.  Mungkin Ibadah Ramadhan  di tahun ini akan sedikit berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kumpul-kumpul, tidak ada ngabuburit/ takjil bersama,  ibadah di tempat masjid atau umum dibatasi, dan lain sebagaina. Kita maklum karena sedang ada wabah Covid ini. Namun demikian, Sebagai seorang Muslim kita tetap harus semangat dan optimis menyambut dan beribadah di bulan Ramadhan. Setidaknya ada  5 langkah persiapan dalam menyambut bulan suci ini :

  •  Bersuka cita, hati riang gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.. Merasa senang atas Rahmat Allah SWT. Lihat Surah Yunus ayat 58, dan beberapa hadits nabi yang bekaitan dengan rasa suka cita sambut Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah salah satu bentuk rahmat Allah SWT.
  •     Segera mengganti (Qadha) puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan di tahun lalu. Ini bagi kaum wanita dan bagi orang yang punya hutang puasa.
  • .      Berbekal ‘Ilmu  yang berkaitan dengan puasa amadhan, agar bisa beribadah puasa sesuai target/ maqashidus shoum yakni  menjadi pribadi yang bertaqwa (Surat Al-Baqarah ayat 183).
  •      Kuat dalam ber ‘Azam. Bertekat kuat dan memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Jangan sampai kita hanya bersemangat di awal bulan saja, lalu loyo beribadah dipertengahn sampai akhirnya. Sungguh rugi kalau demikian ini terjadi.
  • .      Perbaiki komunikasi social. Selain kesholihan individual, seorang muslim juga harus memiliki kesholihan social yang baik. Bertutur kata yang baik, berakhlak mulia, saling silaturrahim (online atau offline), dan juga saling memaafkan kepada saudara kita, tidak ada dengki/ dosa/ ganjelan di hati kita. Sehingga hati kita damai, tenang, bisa focus dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan.
Selanjutnya, dalam upaya membekali diri dengan ilmu yang berkenaan dengan puasa Ramadhan, maka kami mencoba menyajikan satu tulisan yang kami nuqil dan kami sadur dari kitab BIDAYATUL HIDAYAH buah karya Imam Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozaliy At-Thusiy. Semoga bisa menjadi bekal dan pengingat kita tentang ibadah puasa kita di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Teiing doa Taqobbalallohu Minna Wa Minkum Shiyamanaa Wa Shiyamakum, Taqobbal Yaa Kariim. Aamiin.


23 April 2020 M/ 29  Sya’ban 1441 H
Ingsun Sholihin



===========================================================
===========================================================


لاَ يَنْبَغِيْ أَنْ تَقْتَصِرَ عَلَى صَوْمِ رَمَضَانَ فَتَتْرُكَ التِّجَارَةَ بِالنَّوَافِلِ، وَكَسْبِ الدَّرَجَاتِ الْعَالِيَةِ فِي الْفَرَادِيْسِ، فَتَتَحَسَّرُ إِذَا نَظَرْتَ إِلَى مَنَازِلِ الصَّائِمِيْنَ، كَمَا تَنْظُرُ إِلَى الْكَوَاكِبِ الدُّرِّيَّةِ، وَهُمْ فِيْ أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ
Tidak selayaknya engkau mencukupkan diri hanya dengan berpuasa di bulan Ramadhan saja, lalu meninggalkan perniagaan dengan amalan-amalan sunnah dan meninggalkan usaha untuk menggapai derajat yang tinggi di surga Firdaus. Jika hal itu yang kau lakukan maka engkau akan menyesal tatkala menyaksikan kedudukan yang dicapai oleh orang-orang yang berpuasa, yang tampak laksana bintang-bintang yang gemerlapan. Dan mereka berada di tempat yang tertinggi di dalam surga.

وَاْلأَيَّامُ الْفَاضِلَةُ الَّتِيْ شَهِدَتِ اْلأَخْبَارِ بِشَرَفِهَا وَفَضْلِهَا، وَبِجَزَالَةِ الثَّوَابِ فِيْ صِيَامِهَا: يَوْمُ عَرَفَةٍ لِغَيْرِ الْحَاجِّ، وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنَ الْمَحَرَّمِ، وَرَجَبُ وَشَعْبَان.  وَصَوْمُ اْلأَشْهُرِ الْحُرُمِ مِنَ الْفَضَائِلِ، وَهِيَ ذُو الْقعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبُ، وَاحِدٌ فَرْدٌ وَثَلاَثَةٌ سَرْدٌ، وَهَذِهِ فِي السَّنَةِ
Hari-hari utama yang disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kemuliaan dan keutamaannya, dan siapa pun yang berpuasa di dalamnya akan memperoleh pahala yang sangat banyak adalah hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak sedang menunaikan haji, hari Asyura (10 Muharram), sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sepuluh hari pertama bulan Muharram, puasa bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Berpuasa di bulan-bulan haram (mulia) adalah sangat utama. Bulan-bulan haram itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Yang satu menyendiri sedangkan yang lain berurutan. Hal ini berlaku dalam satu tahun.

وَأَمَّا فِي الشَّهْرِ فَأَوَّلُ الشَّهْرِ وَأَوْسَطُهُ وَآخِرُهُ، وَاْلأَيَّامُ الْبِيْضُ، وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ، وَالرَّابِعَ عَشَرَ، وَالْخَامِسَ عَشَرَ، وَأَمَّا فِي اْلاُسْبُوْعِ فَيَوْمُ اْلاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. فَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ اْلأُسْبُوْعِ بِصَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. وَذُنُوْبُ الشَّهْرِ تُكَفَّرُ بِالْيَوْمِ اْلأَوَّلِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْيَوْمِ اْلأَوْسَطِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَاْلأَيَّامِ الْبِيْضِ، وَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ السَّنَةِ بِصِيَامِ هَذِهِ اْلأَيَّامِ وَاْلاَشْهُرِ الْمَذْكُوْرَةِ
Ada pun dalam setiap bulan waktu yang disunnahkan puasa adalah di awal bulan, pertengahan, dan akhir bulan. Kemudian al-Ayyam al-Bidh, yakni tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan (hijriyyah). Sedangkan dalam setiap minggu waktu yang disunnahkan puasa adalah hari Senin, Kamis dan Jumat. Puasa pada hari Senin, Kamis dan Jumat dapat menghapus dosa-dosa seminggu. Sedangkan dosa-dosa sebulan akan terhapuskan dengan berpuasa pada awal bulan, pertengahan bulan, akhir bulan, dan puasa pada al-Ayyam al-Bidh. Ada pun dosa-dosa setahun akan terhapuskan dengan berpuasa pada hari-hari dan bulan-bulan yang telah kami sebutkan.



Marhaban Yaa Ramadhan (Remas Nurul Huda)


وَلاَ تَظُنَّ إِذَا صُمْتَ أَنَّ الصَّوْمَ هُوَ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَالْوِقَاعِ فَقَطْ، فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ. بَلْ تَمَامُ الصَّوْمِ بِكَفِّ الْجَوَارِحِ كُلِّهَا عَمَّا يَكْرَهُ اللهُ تَعَالَى، بَلْ يَنْبَغِيْ أَنْ تَحْفَظَ الْعَيْنَ عَنِ النَّظَرِ إِلَى الْمَكَارِهِ، وَاللِّسَانَ عَنِ النُّطْقِ بِمَا لاَ يَعْنِيْكَ، وَاْلأُذْنَ عَنِ اْلاِسْتِمَاعِ إِلَى مَا حَرَّمَهُ اللهُ تَعَالَى
Hendaklah engkau tidak menyangka bahwa yang dimaksud dengan berpuasa hanyalah sekedar meninggalkan makan, minum dan tidak melakukan hubungan badan di siang hari. Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang ia lakukan itu, kecuali hanya lapar dan dahaga.”  Namun sempurnanya puasa adalah dengan memelihara seluruh anggota badan dari segala hal yang dibenci Allah Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah engkau memelihara mata dari melihat ke arah hal-hal yang tidak disukai Allah, menjaga lisan dari mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat, menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala.

فَإِنَّ الْمُسْتَمِعَ شَرِيْكُ الْقَائِلِ وَهُوَ أَحَدُ الْمُغْتَابِيْنَ، وَكَذَلِكَ تَكُفُّ جَمِيْعَ الْجَوَارِحِ كَمَا تَكُفُّ الْبَطْنَ وَالْفَرْجَ، فَفِي الْخَبَرِ: خَمْسٌ يُفَطِّرْنَ الصَّائِمَ: الْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ، وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ
Karena orang yang mendengarkan memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang mengucapkan, dan dia termasuk salah seorang dari orang yang melakukan ghibah (bila yang didengarkannya itu adalah ghibah). Demikian pula engkau harus menjaga seluruh anggota badanmu dari segala hal yang menyebabkan dosa sebagaimana engkau pun harus menjaga perut dan kemaluanmu dari memperturutkan syahwat.  Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lima hal yang dapat membatalkan (pahala) puasa orang yang berpuasa: berdusta, bergunjing (ghibah), mengadu domba, bersumpah palsu, dan melihat dengan diiringi syahwat.”

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَفْسُقْ، وَلاَ يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ
Dan dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Sesungguhnya puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa hendaklah ia tidak mengucapkan kata-kata kotor, berbuat maksiat dan berbuat kebodohan. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau memakinya, maka hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’

ثُمَّ اجْتَهِدْ أَنْ تُفْطِرَ عَلَى طَعَامٍ حَلاَلٍ، وَلاَ تَسْتَكْثَرْ فَتَزِيْدَ عَلَى مَا تَأْكُلُهُ كُلَّ لَيْلَةٍ، فَلاَ فَرْقَ إِذَا اسْتَوْفَيْتَ مَا تَعْتَادُ أَنْ تَأْكُلَهُ دُفْعَتَيْنِ فِيْ دَفْعَةٍ وَاحِدَةٍ، وَإِنَّمَا الْمَقْصُوْدُ بِالصِّيَامِ كَسْرُ شَهْوَتِكَ وَتَضْعِيْفُ قُوَّتِكَ لِتَقْوَى بِهَا عَلَى التَّقْوَى. فَإِذَا أَكَلْتَ عَشِيَّةً مَا تَدَارَكْتَ بِهِ مَا فَتَكَ ضَحْوَةً، فَلاَ فَائِدَةَ فِيْ صَوْمِكَ، وَقَدْ ثَقُلَتْ عَلَيْكَ مَعِدَتُكَ، وَمَا وِعَاءٌ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ بَطْنٍ مُلِىءَ  مِنْ حَلاَلٍ، فَكَيْفَ إِذَا مُلِىءَ مِنْ حَرَاِمٍ؟
Kemudian berusahalah engkau untuk berbuka dengan makanan yang halal, dan janganlah engkau menambah porsi makanmu melebihi yang biasa engkau makan pada setiap malamnya. Karena jika itu yang engkau lakukan, sama saja engkau membiasakan makan dua kali menjadi satu kali. Yakni makan satu kali namun porsinya untuk dua kali makan. Padahal tujuan berpuasa adalah untuk menghancurkan syahwatmu dan melemahkan kekuatanmu yang dengannya engkau akan menjadi kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika engkau memakan di malam hari makanan apa saja yang tidak dapat kau makan di siang hari karena berpuasa, maka tidak ada artinya puasa yang engkau lakukan itu, dan sungguh perutmu akan menjadi berat karena kekenyangan. Padahal tidak ada wadah yang paling dibenci Allah Ta’ala melebihi perut yang penuh (kekenyangan) dengan makanan yang halal. Lalu, bagaimana bila perut itu penuh (kekenyangan) dengan barang yang haram?

فَإِذَا عَرَفْتَ مَعْنَى الصَّوْمِ فَاسْتَكْثِرْ مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّهُ أَسَاسُ الْعِبَادَاتِ، وَمِفْتَاحُ الْقُرُبَاتِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ. وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: إِنَّمَا يَذَرُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ، فَالصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
Apabila engkau telah memahami makna puasa, maka perbanyaklah melakukannya sebatas kemampuanmu, karena puasa adalah dasar (asas) dari ibadah dan kunci pendekatakan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Setiap kebaikan akan memperoleh balasan (pahala) sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang dapat membalasnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang sedang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak misik. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya ia meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Maka puasa itu untukku dan Akulah yang akan membalasnya.”


وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُوْنَ. فَهَذَا الْقَدْرُ مِنْ شَرْحِ الطَّاعَاتِ يَكْفِيْكَ مِنْ بِدَايَةِ الْهِدَايَةِ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Pintu itu tidak akan dimasuki oleh siapa pun kecuali orang-orang yang berpuasa.” Inilah penjelasan tentang ketaatan yang dapat kami sampaikan kepadamu dari kitab Bidayatul Hidayah.

Adapun Keterangan lainnya bisa kita pelajari di Kitab Bidayatul Hidayah tersebut atau di Kitab Ihyaa ‘Ulumuddiin, semuanya  adalah karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghozaliy. Demikian, terimakasih.

Maguwo Banthengan, Banguntapan, Bantul, Ngayogyakarta.
23 April 2020 M/ 29  Sya’ban 1441 H
Ingsun Sholihin



Senin, 30 Maret 2020

SABDA TAMA RAJA KRATON YOGYAKARTA - TANGGAP WABAH CORONA




SABDA TAMA RAJA ING MADYANING SENGKALA  
WABAH VIRUS COVID-19 (CORONA) 
Teks Pidato Lengkap Sultan ‘Sapa Aruh’ Warga DIY Hadapi Corona




Raja Kraton Yogyakarta sekaligus Gubernur  DIY, Sri Sultan HB X menyapa masyarakat Jogja - DIY di Bangsal Kepatihan, Senin (23/3/2020) siang. Sultan mengajak masyarakat untuk eling lan waspada menghadapi pandemi Virus Corona yang sudah sampai di Yogyakarta. Berikut isi lengkap pidato Sri Sultan HB X dalam acara Sapa aruh warga DIY. Pidato disampaikan dalam dua versi bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.



Assalammualaikum wr. wb.
Mugi Gusti Allah tansah paring berkah tumraping kita sadaya,
Para warga Ngayogyakarta, uga anak-anakku kang lagi sinau ing omah,
para sedulur kabeh wae,

Ingsun, Hamengku Buwono, ing dina kang kebak was-was lan tidha-tidha iki, nyuwun para warga sami ndedonga konjuk ing ngarsaning Gusti Allah, mugi kita saged enggal kaparingan pepadhang. Ing tanggap darurat awit saka sumebaring virus corona iki, kudu diadhepi kanthi sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, lan kairing ikhtiyar kang tanpa kendhat. Semono uga, kita, kang kajibah ngesuhi para kawula. “Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah”.

Beda karo prastawa lindhu gedhe taun 2006 kang kasat-mata. Saiki, kang aran virus corona iku yen lumebu ing badan kita ora bisa karasa lan tekane uga ora kanyana-nyana. Kita kabeh kudu bisa njaga sehat, laku prihatin, lan uga wajib ngecakake aturan baku saka sumber resmi pamarentah kang wis diumumke ing masarakat. “Gusti paring dalan kanggo sapa wae gelem ndalan”.

Mula pamundhutku, sing padha eling lan waspada. Eling marang Kang Gawe Agesang kanthi “lampah” ratri, zikir wengi, nyuwun pangaksami lan pangayomane Gusti. Waspada kanthi reresik diri lan lingkungane dewe-dewe. Nek krasa kurang sehat kudu ngerti lan narima yen wajib “mengisolasi diri” pribadi sajrone 14 dina. Jaga pribadi. Jaga keluwarga. Jaga paseduluran. Jaga masarakat. Kanthi jaga, rada ngadohi kumpul-kumpul bebarengan yen pancen ora wigati tenan. Bisa uga kita rumangsa sehat, ning ora ana kang bisa mesthekake yen kita bener sehat. Malah bisa uga nggawa bibit lelara. “Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”. Pamundhutku mung saklimah: ”Sing ngati-ati!”

Mung kita bisa atur pangajab nyuwun kalis ing bebaya lan tulak-sarik, lan uga bisaa tinebihna saka memala kang luwih gede sanggane tumraping kita manungsa.
Pamujiku: “Sehat, sehat, sehat!”. Mugi Gusti Allah ngijabahi. Rahayu kang pinanggih. Aamiin.
Nuwun. Wassalamualaikum wr. wb.

KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT,
Senin Pon, 23 Maret 2020, 28 Rejeb taun Wawu 1953
HAMENGKU BUWONO

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Assalammualaikum wr. wb.

Semoga kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa menyertai kita semua,
Para warga Yogyakarta, juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah,
Saudara-saudaraku semuanya,

SAYA, Hamengku Buwono, pada hari-hari ini yang sarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh Pujangga Wekasan, Ranggawarsito, dalam Serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa was-was, saya mohon para warga agar bersama-sama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar kita diberi petunjuk di jalan lurus-Nya, kembali pada ketenteraman lahir dan batin.

Di masa tanggap darurat bencana virus corona ini, kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan. Sama seperti juga bagi saya, yang berkewajiban menjadi pamong praja beserta pamomong rakyat Yogyakarta, harus berpegang teguh pada ajaran Jawa: “Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah”.

Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik “bahaya” ada “peluang”, bagaikan pedang bermata dua, bisa untuk “membunuh musibah” atau “bertahan hidup”. Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian. Kemudahan memang tampak enak, dan bisa membuat orang terlena. Di mana seorang pengemudi mobil mengantuk? Bukan di jalan sulit dan sempit, tetapi di jalan raya yang mulus. Pepatah Jawa mengatakan: “kêsandhung ing râtâ, kêbêntus ing tawang”.

Saudara-saudaraku Warga Yogya semuanya,
BERBEDA dengan bencana gempa tahun 2006 yang kasat-mata. Sekarang ini, virus corona itu jika memasuki badan, tidak bisa kita rasakan, dan menyerangnya pun tak terduga-duga. Menghadapi hal itu, kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya. Saya yakin, karena rakyat Yogyakarta memiliki kadar literasi yang tinggi, tentu bisa membedakan mana yang berita hoax serta mana-mana yang benar dan nalar.
Pepatah Jawa kembali mengatakan: “Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan”.
Karena itu, strategi mitigasi bencana non-alam ini, DIY belum menerapkan “lock-down”. Melainkan “calm-down” untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan diri, agar eling lan waspada. Eling atas Sang Maha Pencipta dengan laku spiritual: “lampah” ratri, zikir malam, mohon pengampunan dan pengayoman-Nya.

Waspada, melalui kebijakan “slow-down”, sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit corona, dengan cara reresik diri dan lingkungannya sendirisendiri. Kalau merasa kurang sehat harus memiliki kesadaran dan menerima kalau wajib
“mengisolasi diri” pribadi selama 14 hari sama dengan masa inkubasi penyakitnya.

Jaga diri.Jaga keluarga. Jaga persaudaraan. Jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman, dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul. Bisa jadi kita merasa sehat, tapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat. Malah bisa jadi kita yang membawa bibit penyakit. Karena itu saya mengingatkan pada pepatah Jawa lagi: “Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”. Pesan saya singkat: ”Waspadalah dan berhati-hatilah Saudara-saudaraku!” Doaku buat seluruh warga: “Sehat, sehat, sehat!”. Semoga Gusti Allah berkenan meridhai-Nya. Aamiin. Terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.

KARATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT,
Senin Pon, 23 Maret 2020, 28 Rejeb taun Wawu 1953
HAMENGKU BUWONO



Demikian, maklumat dan sapa Raja Jogja. Semoga bisa menjadi perhatian kita semua. Jogja Istimewa, Jogja Sehat Aman Sentausa Sejahtera.... Aamiin.

Maguwo Banthengan, Banguntapan, Bantul.
30 Maret 2020 M/ 07 Ruwah - Sya'ban 1441 H
Ingsun Sholihin







HIMPUNAN AYAT SYIFA (OBAT/ PENYEMBUHAN) DALAM AL-QUR'AN




HIMPUNAN WIRID/ DOA PERLINDUNGAN & OBAT                      

AYAT-ayat  SYIFA’  (mohon OBAT dan  PERLINDUNGAN dari bencana/ bala’)

=============================================================
=============================================================


Bismillaah.
Dengan senantiasa memohon rrahmat & Berkah  Alloh SWT, di tengan keadaan yang kurang kondusif yakni pandemic wabah Covid-19 atau Corona Virus. Pekenankan kami menyampaikan untaian beberapa ayat Quran, sebagai usaha bathiniah kita dalam Hifdzun Nafs (Menjaga Jiwa/ kehidupan). Kami menyampaikan untainan ayat Quran yang termasuk ayat syifa (obat), berdasar pada firman Alloh SWT :

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS Al-Isra : 82)

Jadi Al-Quran juga Alloh SWT turunkan sebagai obat/ penawar untuk hamban-Nya. Adapun Untaian Ayat Syifa tersebut adalah sebagai berikut, Silahkan bisa diamalkan dan dibagikan kepada semua muslim  :




أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

قَٰٱتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ ٱللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ
QOOTILỤHUM YU'ADŻŻIB-HUMULLĀHU BI`AIDĪKUM WA YUKHZIHIM WA YANṢURKUM 'ALAIHIM  WA YASYFI ṢUDỤRO  QAUMIM MU`MINĪN[1]


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
YĀ AYYUHAN-NĀSU QAD JĀ`ATKUM MAU'IẒATUM MIR RABBIKUM WA SYIFĀ`UL LIMĀ FIṢ-ṢUDỤRI  WA HUDAW WA RAḤMATUL LIL-MU`MINĪN[2]


ثُمَّ كُلِى مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسْلُكِى سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٌ لِّلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
ṠUMMA KULĪ MING KULLIṠ-ṠAMARĀTI FASLUKĪ SUBULA RABBIKI ŻULULĀ, YAKHRUJU MIM BUṬỤNIHĀ SYARĀBUM MUKHTALIFUN ALWĀNUHỤ FĪHI SYIFĀ`UL LIN-NĀS, INNA FĪ ŻĀLIKA LA`ĀYATAL LIQAUMIY YATAFAKKARỤN[3]

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
WA NUNAZZILU MINAL-QUR`ĀNI MĀ HUWA SYIFĀ`UW WA RAḤMATUL LIL-MU`MINĪNA   WA LĀ YAZĪDUẒ-ẒĀLIMĪNA    ILLĀ KHOSĀRO[4]

ٱلَّذِى خَلَقَنِى فَهُوَ يَهْدِينِ، وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ، وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ.
ALLAŻĪ KHALAQANĪ FA HUWA YAHDĪN, WALLADZI HUWA YUTH'IMUNII WA YASQIIN, WA IDŻĀ MARIḌTU FA HUWA YASYFĪN[5]



وَلَوْ جَعَلْنَٰهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا۟ لَوْلَا فُصِّلَتْ ءَايَٰتُهُۥٓ ۖ ءَا۬عْجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ هُدًى وَشِفَآءٌ ۖ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ
WALAU JA'ALNĀHU QUR`ĀNAN A'JAMIYYAL LAQĀLỤ LAU LĀ FUṢṢILAT ĀYĀTUH, A A'JAMIYYUW WA 'ARABIYY, QUL HUWA  LILLAŻĪNA ĀMANỤ HUDAW WA SYIFĀ`, WALLAŻĪNA LĀ YU`MINỤNA FĪ ĀŻĀNIHIM WAQRUW WA HUWA 'ALAIHIM 'AMĀ, ULĀ`IKA YUNĀDAUNA MIM MAKĀNIM BA'ĪD[6]



Ngayogyakarta, 27  Rojab 1441H/ 22 Maret 2020M
SUMBER²  :  

  • Al-Quran, 
  • Kitab Al-Adzkar (Hadits), 
  • Habib Luthfi Bin Yahya, 
  • PBNU, 
  • KH. Ilyas, 
  • dan Mursyid M. Darowi.
PENYAJI   : Ingsun Sholihin



[1] Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. (QS  At-Taubah : 14)
[2] Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. ( QS  Yunus : 57 )
[3] kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (An-Nahl : 69)
[4] Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS Al-Isra : 82)
[5] Terjemah Arti: (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, (QS Asy-Syu’ara : 78 – 80)
[6] Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS Fussilat : 44 )
[7] Ijazah dari Rais Aam JATMAN agar terhindar dari penyakit menular dan virus epidemi, utamanya jenis penyakit yang akhir-akhir ini sedang melanda dunia, yakni virus corona. Ijazah tersebut ditulis tangan oleh Sekjen JATMAN, H Mashudi pada 02 Maret 2020 di Makassar.



Minggu, 29 Maret 2020

TARHIB RAMADHAN KITA


7 BEKAL MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

GAMBAR : MUNAJAT  KAUM MUSLIM / SEMUA ORANG DITENGAH PANDEMIC WABAH CORONA VIRUS (COVID-19).  Berbagai cara dilakukan orang untuk menyambut bulan suci Ramadhan sebagai manivestasi kabahagian dan kegembiraan. Namun tidak semua cara-cara yang mereka lakukan benar menurut Syari’at. Karena sebagian mereka hanya melihat Ramadhan sebagai bulan yang meriah, ramai, waktu untuk berkumpul dengan handai tolan, dan lain-lain. Bukan sebagai momen untuk ibadah dan memperbanyak amalan.


Maka tidak jarang kita dapati diantara manusia ada yang sekedar bagaimana ia mempersiapkan uang atau ekonomi supaya bisa makan sahur dan buka dengan enak. Bisa pakai baju baru, al Qur’an baru, rumah baru dengan cat dan warna yang baru, kulkas baru, dan sofa baru. Memang sih itu tidak seluruhnya salah. Tapi hakikat puasa Ramadhan bukan untuk itu. Puasa Ramadhan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan dan bukan meningkatkan taraf ekonomi. Allah berfirman,

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [QS. Al Baqarah: 183]

Ayat ini dengan gamblang menerangkan akan wajibnya puasa Ramadhan untuk tujuan meningkatkan ketakwaaan. Oleh karenannya apakah yang seharusnya kita persiapkan ?

Semoga beberapa poin berikut bisa membuka wawasan kita tentang hal-hal yang layak kita persiapkan menyambut Ramadhan Mubarak.

Pertama: Berdo’a agar Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat. Ini kita lakukan agar kita memiliki semangat untuk puasa, shalat tarawih, membaca al qur’an, bersedekah, dan ibadah lainnya. Do’a adalah benteng seorang mukmin. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

 وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Rabb-mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina” [QS. Ghafir: 60]

Berdo’a kita lakukan, karena kita adalah makhluk yang lemah sehingga sangat butuh kepada petolongan Allah. Tidak ada do’a khusus berkaitan dengan masuknya bulan Ramadhan. Adapun do’a yang di panjatkan oleh  kaum muslimin yang berbunyi:

 اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan” adalah doa ma'tsur dari hadts Nabi yg populer di tengah kita.


Nukilan doa tersebut dalam kitab Al-Adzkar Karya Imam An-Nawawi :

وروينا في حلية الأولياء : عن زياد النميري عن أنس رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل رجب قال : “اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا في رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَانَ”، ورويناه أيضاً في كتاب ابن السني بزيادة.

Artinya, “Kami riwayatkan dalam kitab Hilyatul Auliya, bersumber dari Ziyad An-Numairi dari Anas bin Malik RA. Ia berkata, ‘Rasulullah Saw ketika memasuki bulan Rajab berkata :

اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا في رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَان

Allohumma Baarik lanaa Fii Rojaba wa Sya'baana wa Ballighnaa Romadhoona

Yaa Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban. Dan Sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.’ Riwayat serupa juga kami riwayatkan dari kitab Ibnus Sinni dengan sedikit tambahan redaksi.”

Allah ‘azza wa jalla berfirman,

 وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Rabb-mu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, maka dia akan masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina” [QS. Ghafir: 60]


Kedua: Memuji Allah dan bersyukur karena bisa bertemu dengan Ramadhan. Pertemuan dengan bulan bulan Ramadhan adalah pertemuan yang sangat indah. Oleh karenanya hendaklah seseorang bersyukur kepada Allah atas nikmat besar ini. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuliah bahwa disunnahkan kepada orang mendapatkan kembali nikmat yang baru dan nampak atau terhindar dari musibah yang dhahir untuk bersujud karena bersyukur kepada Allahatau memuji-Nya”.[Al Adzkar Lin Nawawiy: 297]. Salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada kita adalah dipertemuaknnya kita dengan bulan ketaatan, bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan diberi taufiq. Sehingga sangat wajar bahkan wajib kita bersyukur kepada-Nya atas nikmat ini.

Ketiga: Gembira dan Ceria, Menampakkan kegembiraan dengan keceriaan dan kesenangan yang nampak pada raut muka dan amalan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi kabar gembira kepada para sahabatnya akan datangnya bulan Ramadhan. Nabi bersabda,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيْهِ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dimana pada bulan itu Allah mewajibkan puasa. Pada bulan itu dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu jahannam, diikat syaithan-syaithan, di dalam bulan itu ada satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkan kebaikannnya, maka sungguh ia telah diharamkan dari bulan itu” [HR. Ahmad: (7148) dengan sanad yang Shahih dengan ta’liq Ahmad Muhammad Syakir: 7/7], Nabi memberitahukan hal tersebut ketika datangnya Ramadhan agar para sahabat termotivasi dan bergembira dengan hadirnya Ramadhan.


Keempat: Bersemangat dan memiliki rencana-rencana untuk meraih pahala di bulan Ramadan. Sangat mengherankan jika seseorang memiliki planing yang baik untuk meraih dunianya namun dalam masalah akhirat ia tidak memiliki rencana yang baik. Ini menyebabkan ia tidak maksimal meraih kebaikan dalam ibadahnya, terkhusus di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersungguh-sungguhlah melakukan apa yang dapat memberi manfaat kepadamu dan minta pertolongan kepada Allah, dan janganlah merasa lemah”[HR. Muslim (2664)]

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Maksudnya adalah bersemangatlah dalam mentaati Allah dan mengharapkan apa yang ada disisi Allah, lalu minta pertolonganlah kepada Allah dalam mewujudkan hal tersebut, dan jangan merasa lemah artinya jangan malas untuk melaksanakan ketaatan dan dalam meminta pertolongan kepada Allah” [Syarh an Nawawi ‘ala Muslim: 16/215], Sebagai bentuk dari sebuah semangat dan kesungguhan adalah dengan mempersiapkan diri dan merencanakan kegiatan-kegiatan amaliyah Ramadhan sebelum masuknya bulan Ramadhan.

Kelima: Mempersiapkan ilmu sebelum masuk Ramadhan. Ilmu adalah teman dikala sulit, penghibur dikala sedih, dan petunjuk dikala sesat. Maka ilmu adalah modal terbesar dalam persiapan menghadapi Ramadhan. Tanpa ilmu agama, Ramadhan kita tak bermakna apa-apa. Rasulullah ‘alaihish shalatu wassalam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun alaih)

Mengharap pahala adalah satu syarat puasa kita bermakna. Dan mengharap pahala bukanlah sekedar harapan. Namun lebih kepada mendalami ilmu tentang Ramadhan, tentang bagaimana Rasulullah menjalankan ibadah puasa ini. Disinilah pentingnya ilmu agama dari al Qur’an dan Sunnah untuk membimbing setiap amalan kita agar diterima Allah dan berpahala tentunya. Hendaklah seorang muslim membaca kembali buku-buku, artikel website, mendengar ceramah-ceramah tentang Ramadhan. Agar ia bisa mengingat kembali keutamaan, adab, pembatal puasa, hukum-hukum Ramadhan, dan perkara-perkara yang bisa menghilangkan pahala puasanya.

Keenam: Membiasakan diri untuk melakukan amalan sunnah sebelum masuk bulan Ramadhan. Amalan-amalan sunnah akan Allah lipat gandakan dibulan Ramadhan berbeda dengan amalan diluar Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ  إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah berkata: Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang menjalankannya karena dia telah meninggalkan hawa nafsunya dan makannya karena Aku” (HR. Muslim)

Dengan membiasakan diri melakukan kebikan-kebaikan berupa sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum Ramadhan, maka ini akan memudahkan kita melanggengkannya di bulan Ramadhan. Jangan meremehkan poin ini karena ini juga akan menentukan  bagaimana kesiapan kita menyambut Ramadhan. Oleh karenanya seseorang sebelum masuk Ramadhan membiasakan dirinya untuk membaca al Qur’an, Qiyamul lail, berpuasa, bersedekah, membantu kaum muslimin, dan lain-lain.

Ketujuh: Mempersiapkan sarana-sarana ibadah Ramadhan, Di bulan Ramadhan kita dituntut untuk banyak beribadah. Sehingga tentu butuh sarana-sarana untuk ibadah. Jika sarana-sarana ini tidak diperhatiakan, maka akan menyulitkan kita menjalankan ibadah atau mungkin membuat kita kurang nyaman. Diantaranya yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan buku-buku seputar Ramadhan untuk menambah wawasan kita, membersihkan dan menata rumah agar nyaman untuk shalat sunnah, membaca al qur’an, dan belajar. Menyiapkan kurma untuk persipan beberapa hari atau mungkin satu bulan untuk sahur dan berbuka.

Bagi masyarakat mereka bisa membenahi masjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Mengecek mic, pengeras suara, membersihkan karpet, memperbaiki dan menambah fasilitas penyejuk seperti kipas angin dan AC. Maka ini semua adalah kegiatan yang menunjukkan kesungguhan dan kebahagian kita dengan bulan Ramadhan selain poin-poin yang telah kami sebutkan sebelumnya. Semoga artikel ini bermanfaat untuk seluruh kaum muslimin.

06 Sya'ban 1441 H/ 29 Maret 2020 M
Maguwo Banthengan, Banguntapan, Bantul, D.I.Yogyakarta
Salam, Ingsun Sholihin,