Kamis, 23 April 2020

NASIHAT MENUJU RAMADHAN




آدَابُ الصِّيَامِ
ADAB-ADAB PUASA
(DINUQIL  DARI KITAB BIDAYATUL HIDAYAH KARYA IMAM AL-GHAZALI)
PENYAJI : INGSUN SHOLIHIN

Bismillaah. Alhamdulillaah...

Pada hari ini, Kamis  Wage 29 Sya’ban 1441 H bertepatan dengan tanggal 23 April 2020 M. Di tengah pandemic wabah Coronavirus (Covid-19) ini dan di penghujung bulan Sya’ban ini kita masih dikaruniai kesehatan dan kenikmatan tak terhingga dari Allah SWT. Sementara  Bulan Ramadhan akan datang, tinggal menghitung beberapa jam lagi. InsyaAllah tanggal 01 Ramadhan 1441 H jatuh di hari Jumah Kliwon besuk bertepatan dengan tanggal 24 April 2020 M.  Mungkin Ibadah Ramadhan  di tahun ini akan sedikit berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kumpul-kumpul, tidak ada ngabuburit/ takjil bersama,  ibadah di tempat masjid atau umum dibatasi, dan lain sebagaina. Kita maklum karena sedang ada wabah Covid ini. Namun demikian, Sebagai seorang Muslim kita tetap harus semangat dan optimis menyambut dan beribadah di bulan Ramadhan. Setidaknya ada  5 langkah persiapan dalam menyambut bulan suci ini :

  •  Bersuka cita, hati riang gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.. Merasa senang atas Rahmat Allah SWT. Lihat Surah Yunus ayat 58, dan beberapa hadits nabi yang bekaitan dengan rasa suka cita sambut Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah salah satu bentuk rahmat Allah SWT.
  •     Segera mengganti (Qadha) puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan di tahun lalu. Ini bagi kaum wanita dan bagi orang yang punya hutang puasa.
  • .      Berbekal ‘Ilmu  yang berkaitan dengan puasa amadhan, agar bisa beribadah puasa sesuai target/ maqashidus shoum yakni  menjadi pribadi yang bertaqwa (Surat Al-Baqarah ayat 183).
  •      Kuat dalam ber ‘Azam. Bertekat kuat dan memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Jangan sampai kita hanya bersemangat di awal bulan saja, lalu loyo beribadah dipertengahn sampai akhirnya. Sungguh rugi kalau demikian ini terjadi.
  • .      Perbaiki komunikasi social. Selain kesholihan individual, seorang muslim juga harus memiliki kesholihan social yang baik. Bertutur kata yang baik, berakhlak mulia, saling silaturrahim (online atau offline), dan juga saling memaafkan kepada saudara kita, tidak ada dengki/ dosa/ ganjelan di hati kita. Sehingga hati kita damai, tenang, bisa focus dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan.
Selanjutnya, dalam upaya membekali diri dengan ilmu yang berkenaan dengan puasa Ramadhan, maka kami mencoba menyajikan satu tulisan yang kami nuqil dan kami sadur dari kitab BIDAYATUL HIDAYAH buah karya Imam Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al-Ghozaliy At-Thusiy. Semoga bisa menjadi bekal dan pengingat kita tentang ibadah puasa kita di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Teiing doa Taqobbalallohu Minna Wa Minkum Shiyamanaa Wa Shiyamakum, Taqobbal Yaa Kariim. Aamiin.


23 April 2020 M/ 29  Sya’ban 1441 H
Ingsun Sholihin



===========================================================
===========================================================


لاَ يَنْبَغِيْ أَنْ تَقْتَصِرَ عَلَى صَوْمِ رَمَضَانَ فَتَتْرُكَ التِّجَارَةَ بِالنَّوَافِلِ، وَكَسْبِ الدَّرَجَاتِ الْعَالِيَةِ فِي الْفَرَادِيْسِ، فَتَتَحَسَّرُ إِذَا نَظَرْتَ إِلَى مَنَازِلِ الصَّائِمِيْنَ، كَمَا تَنْظُرُ إِلَى الْكَوَاكِبِ الدُّرِّيَّةِ، وَهُمْ فِيْ أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ
Tidak selayaknya engkau mencukupkan diri hanya dengan berpuasa di bulan Ramadhan saja, lalu meninggalkan perniagaan dengan amalan-amalan sunnah dan meninggalkan usaha untuk menggapai derajat yang tinggi di surga Firdaus. Jika hal itu yang kau lakukan maka engkau akan menyesal tatkala menyaksikan kedudukan yang dicapai oleh orang-orang yang berpuasa, yang tampak laksana bintang-bintang yang gemerlapan. Dan mereka berada di tempat yang tertinggi di dalam surga.

وَاْلأَيَّامُ الْفَاضِلَةُ الَّتِيْ شَهِدَتِ اْلأَخْبَارِ بِشَرَفِهَا وَفَضْلِهَا، وَبِجَزَالَةِ الثَّوَابِ فِيْ صِيَامِهَا: يَوْمُ عَرَفَةٍ لِغَيْرِ الْحَاجِّ، وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنَ الْمَحَرَّمِ، وَرَجَبُ وَشَعْبَان.  وَصَوْمُ اْلأَشْهُرِ الْحُرُمِ مِنَ الْفَضَائِلِ، وَهِيَ ذُو الْقعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبُ، وَاحِدٌ فَرْدٌ وَثَلاَثَةٌ سَرْدٌ، وَهَذِهِ فِي السَّنَةِ
Hari-hari utama yang disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kemuliaan dan keutamaannya, dan siapa pun yang berpuasa di dalamnya akan memperoleh pahala yang sangat banyak adalah hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak sedang menunaikan haji, hari Asyura (10 Muharram), sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sepuluh hari pertama bulan Muharram, puasa bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Berpuasa di bulan-bulan haram (mulia) adalah sangat utama. Bulan-bulan haram itu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Yang satu menyendiri sedangkan yang lain berurutan. Hal ini berlaku dalam satu tahun.

وَأَمَّا فِي الشَّهْرِ فَأَوَّلُ الشَّهْرِ وَأَوْسَطُهُ وَآخِرُهُ، وَاْلأَيَّامُ الْبِيْضُ، وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ، وَالرَّابِعَ عَشَرَ، وَالْخَامِسَ عَشَرَ، وَأَمَّا فِي اْلاُسْبُوْعِ فَيَوْمُ اْلاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. فَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ اْلأُسْبُوْعِ بِصَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. وَذُنُوْبُ الشَّهْرِ تُكَفَّرُ بِالْيَوْمِ اْلأَوَّلِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْيَوْمِ اْلأَوْسَطِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَاْلأَيَّامِ الْبِيْضِ، وَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ السَّنَةِ بِصِيَامِ هَذِهِ اْلأَيَّامِ وَاْلاَشْهُرِ الْمَذْكُوْرَةِ
Ada pun dalam setiap bulan waktu yang disunnahkan puasa adalah di awal bulan, pertengahan, dan akhir bulan. Kemudian al-Ayyam al-Bidh, yakni tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan (hijriyyah). Sedangkan dalam setiap minggu waktu yang disunnahkan puasa adalah hari Senin, Kamis dan Jumat. Puasa pada hari Senin, Kamis dan Jumat dapat menghapus dosa-dosa seminggu. Sedangkan dosa-dosa sebulan akan terhapuskan dengan berpuasa pada awal bulan, pertengahan bulan, akhir bulan, dan puasa pada al-Ayyam al-Bidh. Ada pun dosa-dosa setahun akan terhapuskan dengan berpuasa pada hari-hari dan bulan-bulan yang telah kami sebutkan.



Marhaban Yaa Ramadhan (Remas Nurul Huda)


وَلاَ تَظُنَّ إِذَا صُمْتَ أَنَّ الصَّوْمَ هُوَ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَالْوِقَاعِ فَقَطْ، فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ. بَلْ تَمَامُ الصَّوْمِ بِكَفِّ الْجَوَارِحِ كُلِّهَا عَمَّا يَكْرَهُ اللهُ تَعَالَى، بَلْ يَنْبَغِيْ أَنْ تَحْفَظَ الْعَيْنَ عَنِ النَّظَرِ إِلَى الْمَكَارِهِ، وَاللِّسَانَ عَنِ النُّطْقِ بِمَا لاَ يَعْنِيْكَ، وَاْلأُذْنَ عَنِ اْلاِسْتِمَاعِ إِلَى مَا حَرَّمَهُ اللهُ تَعَالَى
Hendaklah engkau tidak menyangka bahwa yang dimaksud dengan berpuasa hanyalah sekedar meninggalkan makan, minum dan tidak melakukan hubungan badan di siang hari. Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang ia lakukan itu, kecuali hanya lapar dan dahaga.”  Namun sempurnanya puasa adalah dengan memelihara seluruh anggota badan dari segala hal yang dibenci Allah Ta’ala. Oleh karena itu, hendaklah engkau memelihara mata dari melihat ke arah hal-hal yang tidak disukai Allah, menjaga lisan dari mengucapkan sesuatu yang tidak bermanfaat, menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala.

فَإِنَّ الْمُسْتَمِعَ شَرِيْكُ الْقَائِلِ وَهُوَ أَحَدُ الْمُغْتَابِيْنَ، وَكَذَلِكَ تَكُفُّ جَمِيْعَ الْجَوَارِحِ كَمَا تَكُفُّ الْبَطْنَ وَالْفَرْجَ، فَفِي الْخَبَرِ: خَمْسٌ يُفَطِّرْنَ الصَّائِمَ: الْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ، وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ
Karena orang yang mendengarkan memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang mengucapkan, dan dia termasuk salah seorang dari orang yang melakukan ghibah (bila yang didengarkannya itu adalah ghibah). Demikian pula engkau harus menjaga seluruh anggota badanmu dari segala hal yang menyebabkan dosa sebagaimana engkau pun harus menjaga perut dan kemaluanmu dari memperturutkan syahwat.  Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lima hal yang dapat membatalkan (pahala) puasa orang yang berpuasa: berdusta, bergunjing (ghibah), mengadu domba, bersumpah palsu, dan melihat dengan diiringi syahwat.”

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَفْسُقْ، وَلاَ يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ
Dan dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Sesungguhnya puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa hendaklah ia tidak mengucapkan kata-kata kotor, berbuat maksiat dan berbuat kebodohan. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau memakinya, maka hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’

ثُمَّ اجْتَهِدْ أَنْ تُفْطِرَ عَلَى طَعَامٍ حَلاَلٍ، وَلاَ تَسْتَكْثَرْ فَتَزِيْدَ عَلَى مَا تَأْكُلُهُ كُلَّ لَيْلَةٍ، فَلاَ فَرْقَ إِذَا اسْتَوْفَيْتَ مَا تَعْتَادُ أَنْ تَأْكُلَهُ دُفْعَتَيْنِ فِيْ دَفْعَةٍ وَاحِدَةٍ، وَإِنَّمَا الْمَقْصُوْدُ بِالصِّيَامِ كَسْرُ شَهْوَتِكَ وَتَضْعِيْفُ قُوَّتِكَ لِتَقْوَى بِهَا عَلَى التَّقْوَى. فَإِذَا أَكَلْتَ عَشِيَّةً مَا تَدَارَكْتَ بِهِ مَا فَتَكَ ضَحْوَةً، فَلاَ فَائِدَةَ فِيْ صَوْمِكَ، وَقَدْ ثَقُلَتْ عَلَيْكَ مَعِدَتُكَ، وَمَا وِعَاءٌ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ بَطْنٍ مُلِىءَ  مِنْ حَلاَلٍ، فَكَيْفَ إِذَا مُلِىءَ مِنْ حَرَاِمٍ؟
Kemudian berusahalah engkau untuk berbuka dengan makanan yang halal, dan janganlah engkau menambah porsi makanmu melebihi yang biasa engkau makan pada setiap malamnya. Karena jika itu yang engkau lakukan, sama saja engkau membiasakan makan dua kali menjadi satu kali. Yakni makan satu kali namun porsinya untuk dua kali makan. Padahal tujuan berpuasa adalah untuk menghancurkan syahwatmu dan melemahkan kekuatanmu yang dengannya engkau akan menjadi kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika engkau memakan di malam hari makanan apa saja yang tidak dapat kau makan di siang hari karena berpuasa, maka tidak ada artinya puasa yang engkau lakukan itu, dan sungguh perutmu akan menjadi berat karena kekenyangan. Padahal tidak ada wadah yang paling dibenci Allah Ta’ala melebihi perut yang penuh (kekenyangan) dengan makanan yang halal. Lalu, bagaimana bila perut itu penuh (kekenyangan) dengan barang yang haram?

فَإِذَا عَرَفْتَ مَعْنَى الصَّوْمِ فَاسْتَكْثِرْ مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّهُ أَسَاسُ الْعِبَادَاتِ، وَمِفْتَاحُ الْقُرُبَاتِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ. وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: إِنَّمَا يَذَرُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ، فَالصَّوْمُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
Apabila engkau telah memahami makna puasa, maka perbanyaklah melakukannya sebatas kemampuanmu, karena puasa adalah dasar (asas) dari ibadah dan kunci pendekatakan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Setiap kebaikan akan memperoleh balasan (pahala) sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang dapat membalasnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang sedang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak misik. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya ia meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Maka puasa itu untukku dan Akulah yang akan membalasnya.”


وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، لاَ يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُوْنَ. فَهَذَا الْقَدْرُ مِنْ شَرْحِ الطَّاعَاتِ يَكْفِيْكَ مِنْ بِدَايَةِ الْهِدَايَةِ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Di dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Pintu itu tidak akan dimasuki oleh siapa pun kecuali orang-orang yang berpuasa.” Inilah penjelasan tentang ketaatan yang dapat kami sampaikan kepadamu dari kitab Bidayatul Hidayah.

Adapun Keterangan lainnya bisa kita pelajari di Kitab Bidayatul Hidayah tersebut atau di Kitab Ihyaa ‘Ulumuddiin, semuanya  adalah karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghozaliy. Demikian, terimakasih.

Maguwo Banthengan, Banguntapan, Bantul, Ngayogyakarta.
23 April 2020 M/ 29  Sya’ban 1441 H
Ingsun Sholihin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar