آدَابُ الصِّيَامِ
ADAB-ADAB
PUASA
(DINUQIL DARI KITAB
BIDAYATUL HIDAYAH KARYA IMAM AL-GHAZALI)
PENYAJI : INGSUN SHOLIHIN
Pada
hari ini, Kamis Wage 29 Sya’ban 1441 H bertepatan dengan tanggal 23 April 2020 M. Di tengah
pandemic wabah Coronavirus (Covid-19) ini dan di penghujung bulan Sya’ban ini kita
masih dikaruniai kesehatan dan kenikmatan tak terhingga dari Allah SWT. Sementara
Bulan Ramadhan akan datang, tinggal
menghitung beberapa jam lagi. InsyaAllah tanggal 01 Ramadhan 1441 H jatuh di
hari Jumah Kliwon besuk bertepatan dengan tanggal 24 April 2020 M. Mungkin Ibadah Ramadhan di tahun ini akan sedikit berbeda daripada
tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada kumpul-kumpul, tidak ada ngabuburit/ takjil
bersama, ibadah di tempat masjid atau umum
dibatasi, dan lain sebagaina. Kita maklum karena sedang ada wabah Covid ini.
Namun demikian, Sebagai seorang Muslim kita tetap harus semangat dan optimis
menyambut dan beribadah di bulan Ramadhan. Setidaknya ada 5 langkah persiapan dalam menyambut bulan
suci ini :
- Bersuka cita, hati riang gembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.. Merasa senang atas Rahmat Allah SWT. Lihat Surah Yunus ayat 58, dan beberapa hadits nabi yang bekaitan dengan rasa suka cita sambut Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah salah satu bentuk rahmat Allah SWT.
- Segera mengganti (Qadha) puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan di tahun lalu. Ini bagi kaum wanita dan bagi orang yang punya hutang puasa.
- . Berbekal ‘Ilmu yang berkaitan dengan puasa amadhan, agar bisa beribadah puasa sesuai target/ maqashidus shoum yakni menjadi pribadi yang bertaqwa (Surat Al-Baqarah ayat 183).
- Kuat dalam ber ‘Azam. Bertekat kuat dan memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Jangan sampai kita hanya bersemangat di awal bulan saja, lalu loyo beribadah dipertengahn sampai akhirnya. Sungguh rugi kalau demikian ini terjadi.
- .
Perbaiki
komunikasi social. Selain kesholihan individual, seorang muslim juga harus
memiliki kesholihan social yang baik. Bertutur kata yang baik, berakhlak mulia,
saling silaturrahim (online atau offline), dan juga saling memaafkan kepada
saudara kita, tidak ada dengki/ dosa/ ganjelan di hati kita. Sehingga hati kita
damai, tenang, bisa focus dalam menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan.
Selanjutnya,
dalam upaya membekali diri dengan ilmu yang berkenaan dengan puasa Ramadhan,
maka kami mencoba menyajikan satu tulisan yang kami nuqil dan kami sadur dari
kitab BIDAYATUL HIDAYAH buah karya Imam Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad
Al-Ghozaliy At-Thusiy. Semoga bisa menjadi bekal dan pengingat kita tentang
ibadah puasa kita di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Teiing doa
Taqobbalallohu Minna Wa Minkum Shiyamanaa Wa Shiyamakum, Taqobbal Yaa Kariim.
Aamiin.
23 April 2020 M/ 29 Sya’ban 1441 H
Ingsun Sholihin
===========================================================
===========================================================
لاَ
يَنْبَغِيْ أَنْ تَقْتَصِرَ عَلَى صَوْمِ رَمَضَانَ فَتَتْرُكَ التِّجَارَةَ بِالنَّوَافِلِ،
وَكَسْبِ الدَّرَجَاتِ الْعَالِيَةِ فِي الْفَرَادِيْسِ، فَتَتَحَسَّرُ إِذَا نَظَرْتَ
إِلَى مَنَازِلِ الصَّائِمِيْنَ، كَمَا تَنْظُرُ إِلَى الْكَوَاكِبِ الدُّرِّيَّةِ،
وَهُمْ فِيْ أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ
Tidak selayaknya engkau mencukupkan diri hanya dengan
berpuasa di bulan Ramadhan saja, lalu meninggalkan perniagaan dengan
amalan-amalan sunnah dan meninggalkan usaha untuk menggapai derajat yang tinggi
di surga Firdaus. Jika hal itu yang kau lakukan maka engkau akan menyesal
tatkala menyaksikan kedudukan yang dicapai oleh orang-orang yang berpuasa, yang
tampak laksana bintang-bintang yang gemerlapan. Dan mereka berada di tempat
yang tertinggi di dalam surga.
وَاْلأَيَّامُ
الْفَاضِلَةُ الَّتِيْ شَهِدَتِ اْلأَخْبَارِ بِشَرَفِهَا وَفَضْلِهَا، وَبِجَزَالَةِ
الثَّوَابِ فِيْ صِيَامِهَا: يَوْمُ عَرَفَةٍ لِغَيْرِ الْحَاجِّ، وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ،
وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَالْعَشْرُ اْلأَوَّلُ مِنَ الْمَحَرَّمِ،
وَرَجَبُ وَشَعْبَان. وَصَوْمُ
اْلأَشْهُرِ الْحُرُمِ مِنَ الْفَضَائِلِ، وَهِيَ ذُو الْقعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ
وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبُ، وَاحِدٌ فَرْدٌ وَثَلاَثَةٌ سَرْدٌ، وَهَذِهِ فِي السَّنَةِ
Hari-hari utama yang disebutkan di dalam hadits-hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kemuliaan dan keutamaannya, dan siapa pun
yang berpuasa di dalamnya akan memperoleh pahala yang sangat banyak adalah hari
Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak sedang menunaikan haji, hari Asyura (10
Muharram), sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sepuluh hari pertama bulan
Muharram, puasa bulan Rajab dan bulan Sya’ban. Berpuasa
di bulan-bulan haram (mulia) adalah sangat utama. Bulan-bulan haram itu adalah
Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Yang satu menyendiri sedangkan yang
lain berurutan. Hal ini berlaku dalam satu tahun.
وَأَمَّا
فِي الشَّهْرِ فَأَوَّلُ الشَّهْرِ وَأَوْسَطُهُ وَآخِرُهُ، وَاْلأَيَّامُ الْبِيْضُ،
وَهِيَ الثَّالِثَ عَشَرَ، وَالرَّابِعَ عَشَرَ، وَالْخَامِسَ عَشَرَ، وَأَمَّا فِي
اْلاُسْبُوْعِ فَيَوْمُ اْلاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. فَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ
اْلأُسْبُوْعِ بِصَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ وَالْجُمُعَةِ. وَذُنُوْبُ الشَّهْرِ
تُكَفَّرُ بِالْيَوْمِ اْلأَوَّلِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْيَوْمِ اْلأَوْسَطِ وَالْيَوْمِ
اْلآخِرِ وَاْلأَيَّامِ الْبِيْضِ، وَتُكَفِّرُ ذُنُوْبَ السَّنَةِ بِصِيَامِ هَذِهِ
اْلأَيَّامِ وَاْلاَشْهُرِ الْمَذْكُوْرَةِ
Ada pun dalam setiap bulan waktu yang disunnahkan puasa
adalah di awal bulan, pertengahan, dan akhir bulan. Kemudian al-Ayyam al-Bidh,
yakni tanggal 13, 14 dan 15 pada setiap bulan (hijriyyah). Sedangkan dalam
setiap minggu waktu yang disunnahkan puasa adalah hari Senin, Kamis dan Jumat. Puasa pada hari Senin, Kamis dan Jumat dapat menghapus
dosa-dosa seminggu. Sedangkan dosa-dosa sebulan akan terhapuskan dengan
berpuasa pada awal bulan, pertengahan bulan, akhir bulan, dan puasa pada
al-Ayyam al-Bidh. Ada pun dosa-dosa setahun akan terhapuskan dengan berpuasa
pada hari-hari dan bulan-bulan yang telah kami sebutkan.
Marhaban Yaa Ramadhan (Remas Nurul Huda)
وَلاَ
تَظُنَّ إِذَا صُمْتَ أَنَّ الصَّوْمَ هُوَ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَالْوِقَاعِ
فَقَطْ، فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ
مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ. بَلْ
تَمَامُ الصَّوْمِ بِكَفِّ الْجَوَارِحِ كُلِّهَا عَمَّا يَكْرَهُ اللهُ تَعَالَى،
بَلْ يَنْبَغِيْ أَنْ تَحْفَظَ الْعَيْنَ عَنِ النَّظَرِ إِلَى الْمَكَارِهِ، وَاللِّسَانَ
عَنِ النُّطْقِ بِمَا لاَ يَعْنِيْكَ، وَاْلأُذْنَ عَنِ اْلاِسْتِمَاعِ إِلَى مَا حَرَّمَهُ
اللهُ تَعَالَى
Hendaklah engkau tidak menyangka bahwa yang dimaksud dengan
berpuasa hanyalah sekedar meninggalkan makan, minum dan tidak melakukan
hubungan badan di siang hari. Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Berapa
banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang ia
lakukan itu, kecuali hanya lapar dan dahaga.” Namun sempurnanya puasa adalah dengan
memelihara seluruh anggota badan dari segala hal yang dibenci Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, hendaklah engkau memelihara mata dari melihat ke arah hal-hal
yang tidak disukai Allah, menjaga lisan dari mengucapkan sesuatu yang tidak
bermanfaat, menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan Allah
Ta’ala.
فَإِنَّ
الْمُسْتَمِعَ شَرِيْكُ الْقَائِلِ وَهُوَ أَحَدُ الْمُغْتَابِيْنَ، وَكَذَلِكَ تَكُفُّ
جَمِيْعَ الْجَوَارِحِ كَمَا تَكُفُّ الْبَطْنَ وَالْفَرْجَ، فَفِي الْخَبَرِ: خَمْسٌ
يُفَطِّرْنَ الصَّائِمَ: الْكَذِبُ، وَالْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْيَمِيْنُ
الْكَاذِبَةُ، وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ
Karena orang yang mendengarkan memiliki kedudukan yang sama
dengan orang yang mengucapkan, dan dia termasuk salah seorang dari orang yang
melakukan ghibah (bila yang didengarkannya itu adalah ghibah). Demikian pula
engkau harus menjaga seluruh anggota badanmu dari segala hal yang menyebabkan
dosa sebagaimana engkau pun harus menjaga perut dan kemaluanmu dari
memperturutkan syahwat. Dalam sebuah
hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lima hal yang dapat
membatalkan (pahala) puasa orang yang berpuasa: berdusta, bergunjing (ghibah),
mengadu domba, bersumpah palsu, dan melihat dengan diiringi syahwat.”
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الصَّوْمُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ
صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَفْسُقْ، وَلاَ يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ
أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّيْ صَائِمٌ
Dan dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam juga bersabda: “Sesungguhnya puasa itu adalah perisai. Oleh karena
itu, apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa hendaklah ia tidak
mengucapkan kata-kata kotor, berbuat maksiat dan berbuat kebodohan. Apabila ada
orang yang mengajaknya berkelahi atau memakinya, maka hendaklah ia berkata,
‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’
ثُمَّ
اجْتَهِدْ أَنْ تُفْطِرَ عَلَى طَعَامٍ حَلاَلٍ، وَلاَ تَسْتَكْثَرْ فَتَزِيْدَ عَلَى
مَا تَأْكُلُهُ كُلَّ لَيْلَةٍ، فَلاَ فَرْقَ إِذَا اسْتَوْفَيْتَ مَا تَعْتَادُ أَنْ
تَأْكُلَهُ دُفْعَتَيْنِ فِيْ دَفْعَةٍ وَاحِدَةٍ، وَإِنَّمَا الْمَقْصُوْدُ بِالصِّيَامِ
كَسْرُ شَهْوَتِكَ وَتَضْعِيْفُ قُوَّتِكَ لِتَقْوَى بِهَا عَلَى التَّقْوَى. فَإِذَا أَكَلْتَ عَشِيَّةً مَا
تَدَارَكْتَ بِهِ مَا فَتَكَ ضَحْوَةً، فَلاَ فَائِدَةَ فِيْ صَوْمِكَ، وَقَدْ ثَقُلَتْ
عَلَيْكَ مَعِدَتُكَ، وَمَا وِعَاءٌ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ بَطْنٍ مُلِىءَ مِنْ حَلاَلٍ، فَكَيْفَ إِذَا مُلِىءَ مِنْ حَرَاِمٍ؟
Kemudian berusahalah engkau untuk berbuka dengan makanan yang
halal, dan janganlah engkau menambah porsi makanmu melebihi yang biasa engkau
makan pada setiap malamnya. Karena jika itu yang engkau lakukan, sama saja
engkau membiasakan makan dua kali menjadi satu kali. Yakni makan satu kali namun
porsinya untuk dua kali makan. Padahal tujuan berpuasa adalah untuk
menghancurkan syahwatmu dan melemahkan kekuatanmu yang dengannya engkau akan
menjadi kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Jika engkau memakan di malam hari makanan apa saja yang tidak
dapat kau makan di siang hari karena berpuasa, maka tidak ada artinya puasa
yang engkau lakukan itu, dan sungguh perutmu akan menjadi berat karena
kekenyangan. Padahal tidak ada wadah yang paling dibenci Allah Ta’ala melebihi
perut yang penuh (kekenyangan) dengan makanan yang halal. Lalu, bagaimana bila
perut itu penuh (kekenyangan) dengan barang yang haram?
فَإِذَا
عَرَفْتَ مَعْنَى الصَّوْمِ فَاسْتَكْثِرْ مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتَ، فَإِنَّهُ أَسَاسُ
الْعِبَادَاتِ، وَمِفْتَاحُ الْقُرُبَاتِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ. وَقَالَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ
عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى عَزَّ مِنْ قَائِلٍ:
إِنَّمَا يَذَرُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ مِنْ أَجْلِيْ، فَالصَّوْمُ لِيْ
وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
Apabila engkau telah memahami makna puasa, maka perbanyaklah
melakukannya sebatas kemampuanmu, karena puasa adalah dasar (asas) dari ibadah
dan kunci pendekatakan diri kepada Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Setiap kebaikan akan memperoleh balasan (pahala) sepuluh hingga tujuh ratus
kali lipat, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku, maka Akulah yang dapat
membalasnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya,
sungguh bau tidak sedap mulut orang yang sedang berpuasa lebih wangi di sisi
Allah daripada aroma minyak misik. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya ia
meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya karena Aku. Maka puasa itu untukku
dan Akulah yang akan membalasnya.”
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، لاَ
يَدْخُلُهُ إِلاَّ الصَّائِمُوْنَ. فَهَذَا الْقَدْرُ مِنْ شَرْحِ الطَّاعَاتِ يَكْفِيْكَ
مِنْ بِدَايَةِ الْهِدَايَةِ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Di
dalam Surga terdapat sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Pintu itu tidak akan
dimasuki oleh siapa pun kecuali orang-orang yang berpuasa.” Inilah penjelasan tentang ketaatan yang dapat kami sampaikan
kepadamu dari kitab Bidayatul Hidayah.
Adapun Keterangan lainnya bisa kita pelajari di Kitab
Bidayatul Hidayah tersebut atau di Kitab Ihyaa ‘Ulumuddiin, semuanya adalah karya Hujjatul Islam Imam Al-Ghozaliy.
Demikian, terimakasih.
Maguwo Banthengan, Banguntapan,
Bantul, Ngayogyakarta.
23 April 2020 M/ 29 Sya’ban 1441 H
Ingsun Sholihin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar