Minggu, 31 Desember 2017

PRAHARA MALAM SUNYI TERJADI (LAGI) MALAM INI



Bising suara-suara kembang api (tadi), terjadi di tengah malam sunyi
Membuat jiwa – jiwa terjaga lagi...
Seorang bayi menangis tiada henti, manula (lansia) kaget setengah mati
Nyenyak tidur terusik kembali, hewanpun tak luput dari kegaduhan malam ini

Riuh terompet bersahutan, Bak sebuah hal yang sangat berarti
Sementara genta bertalu duabelas kali, Menjadikan kelengkapan bunyi – bunyi
Sekaligus tanda awal permulaan tanda yang dinanti...
Sebagian mereka melonjak tinggi – tinggi, Sembari meneriakkan “pekik” tradisi
Suka cita tak berhenti menghiasi

Semua yang terjadi malam kali ini, bukan sekedar isapan jempol belaka lagi
Bukan pula hal yang perlu ditutup – tutupi...
Sebuah  ceremonial adat kaum negeri, adat yang menciderai rasionalitas ini
Juga telah mempesona inti hati, serta telah menutup pekanya intuis
Sehingga telah menggap kaprah segala hal yang terjadi
Tak jarang melanggar hukum asasi Dan.... tak sadar telah merenggut hak insani,

Demi memburu kesenangan hati dan sensai, jutaan rupiahpun terbuang tiada arti
Entah hal ihwal apa yang mendasari....???
Entah madu manfaat apa yang dicari ....???
Yang jelas, madu belum tentu didapati,
Namun racun mudhorot sudah tentu diperoleh pasti.


Jogja, 18 Shofar 1434 H/ 01 Januari 2013 M, Pukul 03:03 WIB
Ingsun Sholihin



Jumat, 10 November 2017

PENGEMBANGAN SIKAP PEMAAF DALAM BERMASYARAKAT


Pendahuluan

Islam mendorong Muslim untuk memiliki sikap pemaaf. Sifat ini muncul karena keimanan, ketakwaan, pengetahuan dan wawasan mendalam seorang Muslim tentang Islam. Seorang Muslim menyadari bahwa sikap pemaaf menguntungkan, terutama membuat hati lapang dan tidak dendam terhadap orang yang berbuat salah kepadanya, sehingga jiwanya menjadi tenang dan tentram. Dalam bahasa Arab, maaf diungkapkan dengan kata al-'afwu. Kata al-'afwu, berarti terhapus atau menghapus. Jadi, memaafkan mengandung pengertian menghapus luka atau bekas-bekas luka yang terdapat dalam hati. Dengan memaafkan kesalahan orang lain berarti hubungan antara mereka yang bermasalah kembali baik dan harmonis karena luka yang ada di dalam hati mereka, terutama yang memaafkan, telah sembuh.

Apabila ia bukan pemaaf, tentu akan menjadi orang pendendam. Dendam yang tidak terbalas menjadi beban bagi dirinya. Ini penyakit berbahaya karena selalu membawa kegelisahan dan tekanan negatif bagi orang yang bersangkutan. Hanya orang-orang bodoh yang tidak memiliki sikap pemaaf. Sikap pemaaf yang menjadi tradisi Muslim jauh lebih baik dari sedekah yang diberikan dengan diiringi oleh ucapan atau sikap yang menyakitkan bagi orang yang menerimanya. 

Seorang Muslim bukan hanya dituntut memberikan maaf. Ia juga diperintahkan berbuat baik kepada yang pernah berbuat salah kepadanya. Mereka yang mampu berbuat demikian mendapat kedudukan tinggi, pujian dan pahala yang baik dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Suka memberi maaf kepada orang yang berbuat salah merupakan ciri orang bertakwa. Orang yang demikian akan memaafkan orang yang berbuat salah kepadanya, meskipun yang bersalah tidak pernah minta maaf kepadanya. Sikap pemaaf perlu melekat pada diri Mulsim dan menjadikan akhlak karimahnya sebagai buah iman, takwa dan ibadahnya kepada Allah. Dengan sikap pemaaf, seorang Muslim di cintai Allah dan disenangi manusia. Dengan sikap pemaaf yang dimiliki setiap Muslim akan memperkokoh silaturahim antara sesama kita. 

Ketika kita menikmati keindahan hidup ini dalam batasan-batasan Syariah yang suci, maka itulah kebahagiaan yang sempurna. Allah SWT telah menciptakan taman-taman yang sangat indah, karena Allah SWT memang Maha Indah. Allah SWt menukai keindahan. Maka bacalah tanda-tanda yang menunjukkan ke-Esa-an (Wahdaniyah) dalam penciptaan yang indah ini. Semerbak wewangian, makanan yang mengundang selera dan pemandangan yang indah akan menciptakan kebahagiaan dan keriangan di dalam jiwa.

PEMBAHASAN

 A. Surah Ali 'Imran 133 – 136 dan ayat 159

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ 
133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.(QS. 3:133)

Allah menyuruh supaya kaum muslimin bersegera meminta ampun kepada Nya bila sewaktu-waktu jatuh ke jurang dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang Allah, tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus juga ke dalam jurang maksiat, kemudian dia sadar akan kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu lalu tobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya itu. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Bila seorang muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan bertobat bila jatuh ke jurang dosa dan maksiat maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkan nanti di akhirat ke dalam surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang disediakan Nya untuk orang yang. bertakwa kepada Nya.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
134. (Yaitu) orang-orang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. 3:134)

Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang-orang yang bertakwa yaitu:
Pertama: Orang yang selalu menafkahkan hartanya balk dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin). Dalam keadaan berkecukupan dan dalam keadaan sempit ia tetap memberi nafkah sesuai dengan kesanggupannya. Bernafkah itu tidak diharuskan dalam jumlah yang tertentu sehingga ada kesempatan bagi si ini skin untuk memberi nafkah. Bersedekah itu boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya. karena itulah kesanggupan yang baru dapat diberikan dan tetap akan memperoleh pahala dari Allah SWT. Diriwayatkan bahwa 'Aisyah Ummul mukminin bahwa dia pernah bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada yang bersedekah dengan sebiji bawang.  Rasulullah saw bersabda:
"اتقوا النار ولو بشق تمرة وردو السائل ولو بظلف محرق"
Artinya: "Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong karma, dan perkenankanlah permintaan seorang peminta walaupun dengan memberikan sepotong kuku hewan yang dibakar" (HR Ahmad dalam musnadnya)

Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma dan sedekah sama banyak-nya dengan pemberian orang ini skin. Ini menunjukkan bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya.

Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umatpun yang dapat maju dan hidup berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan peri kemanusiaan. Oleh sebab itu Allah memerintahkan bernafkah dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan didermakan sebagiannya tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Firman Allah SWT :"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah (Q.S Al- Baqarah:276). Imam Gazali menjelaskan sebagai berikut Memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melakukan lawan sifat itu. Jadi kalau orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri itu akan hilanglah sifat kikirnya itu dengan berangsur-angsur.

Kedua: Orang-orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat sehingga apabila sadar dia pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. 

Pernah Siti Aisyah menjadi marah karena tindakan pembantunya. Tetapi beliau dapat menguasai dirinya, karena sifat takwa yang bersemi dalam dirinya. Beliau berkata: "Alangkah baiknya sifat takwa itu. dia menjadi obat bagi segala kemarahan". Nabi Muhammad saw. bersabda "Orang-orang kuat itu bukanlah yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya". Allah SWT berfirman  : 

 وإذا ما غضبوا هم يغفرون 
Artinya: Dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf' (Q.Sasy Syura: 37)

Ketiga: Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan yang setimpal adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap muslim yang bertakwa. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwa, dengan takwa, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.

Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang. Tetapi bila kejahatan itu dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar, bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap orang bersih hatinya dan suka berbuat baik. Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan itu.

Keempat: Orang-orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ 
135.Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa mereka--dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.(QS. 3:135)

Kelima: Orang yang mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri kemudian mereka segera meminta ampun kepada Allah dan tidak mengulangi lagi perbuatan itu. Para muffassirin membedakan antara perbuatan keji (fahisyah) dengan menganiaya diri sendiri (Zulm). Mereka mengatakan perbuatan keji ialah perbuatan yang bahayanya tidak saja menimpa orang yang berbuat dosa tetapi juga menimpa orang lain dan masyarakat. Dan menganiaya diri sendiri ialah berbuat dosa yang bahayanya terbatas pada orang yang mengerjakan saja. Contoh perbuatan keji seperti berzina, berjudi, memfitnah dan sebagainya, perbuatan menganiaya diri sendiri seperti memakan makanan yang haram, memboroskan harta benda, menyia-nyiakannya dan sebagainya. Bila seorang muslim melakukan perbuatan dosa, tentunya segera neneohon ampun, nenohon ampun kepada Allah bukan sekadar mengucapkan kalimat "Aku memohon kepada Allah". tetapi harus disertai dengan penyesalan serta janji kepada diri sendiri tidak akan mengerjakan dosa itu lagi. Inilah yang dinamakan tobat nasuha yang diterima oleh Allah.

ولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
  136. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan syurga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.(QS. 3:136)

Demikianlah lima sifat di antara sifat-sifat orang yang bertakwa kepada Allah yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Setiap muslim hendaknya berusaha agar terwujud di dalam dirinya kelima sifat itu dengan sempurna karena dengan memiliki sifat-sifat itu dia akan menjadi muslim sejati yang dapat memberi manfaat kepada dirinya sendiri dan dapat pula memberi manfaat kepada orang lain dan kepada masyarakat, nusa dan bangsanya. Orang-orang yang memiliki sifat-sifat itu akan dibalasi Allah dengan mengampuni dosanya dan menempatkannya di akhirat kelak di dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya dan memang itulah ganjaran yang sebaik-baiknya bagi setiap orang yang beramal dan berusaha untuk memperbaiki dirinya, masyarakat dan umatnya.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِين
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. 3:159)

Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin pada peperangan Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi beliau tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap yang melanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan untuk mereka ampunan di Allah SWT. Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan din dan beliau. Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dengan segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum mukmin bertawakal sepenuhnya kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.

Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dengan segala hal, apalagi dalam urusan peperangan. Oleh karena itu kaum muslimin patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah karena keputusan itu merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Mereka tetap berjuang dan berjihad di jalan Allah dengan tekad yang bulat tanpa menghiraukan bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi. Mereka bertawakkal sepenuh kepada Allah, karena tidak ada yang dapat membela kaum muslimin selain Allah.

B. Tafsir surah Al-A'raf ayat 199 – 200


خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ199. Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(QS. 7:199)

Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan Rasul-Nya (khususnya) dan kita pada ununmya, agar berpegang teguh pada prinsip umum tentang moral dan hukum.

1. Sikap Pemaaf

Allah swt. menyuruh Rasul-Nya agar beliau memaafkan perbuatan, tingkah laku dan akhlak manusia dan janganlah  meminta dari manusia apa yang sangat sukar bagi mereka sehingga lari dari agama. Termasuk prinsip agama, mudahkanlah, menjauhkan kesukaran dan segala halnya dalam bidang budi pekerti manusia yang banyak dipengaruhi lingkungannya. Bahkan banyak riwayat menyatakan bahwa yang dikehendaki pemaafan di sini ialah pemaafan dalam bidang akhlak atau budi pekerti.
Berkata Rasulullah sehubungan dengan ayat ini:

ما هذا يا جبريل؟ قال: إن الله أمرك أن تعفو عمن ظلمك وتعطي من حرمك وتصل من قطعك
Artinya: "Apakah ini ya Jibril ?" Jawab Jibril: "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu agar memaafkan orang yang berbuat aniaya terhadapmu, memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu dan menghubungkan silaturahim kepada orang yang memutuskannya."(HR Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim, dari Ibnu Umaimah dari bapaknya)

2. Menyuruh manusia berbuat makruf.

Makruf adalah adat kebiasaan masyarakat yang baik yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dalam Alquran kata "makruf" dipergunakan dalam hubungan hukum-hukum yang penting, seperti dalam hukum pemerintahan, hukum perkawinan. Dalam pengertian kemasyarakatan kata "makruf" dipergunakan dalam arti adat kebiasaan dan muamalat dalam suatu masyarakat. Karena itu ia berbeda-beda sesuai dengan perbedaan bangsa, negara dan waktu. Di antara para sarjana memberikan definisi "makruf" dengan apa yang dipandang baik melakukannya menurut tabiat manusia yang murni tidak berlawanan dengan akal pikiran yang sehat. Bagi kaum muslimin yang pokok ialah berpegang teguh pada nas-nas yang kuat dari Alquran dan sunah. Kemudian mengindahkan adat kebiasaan dan norma yang hidup dalam masyarakat selama tidak bertentangan dengan nas agama secara jelas.

3. Menjauhkan diri dari orang-orang yang jahil.

Yang dimaksud dengan orang jahil ialah orang yang selalu bersikap kasar dan menimbulkan gangguan-gangguan terhadap Nabi dan tidak dapat disadarkan. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menghindarkan diri dari orang-orang jahil tidak melayani mereka dan tidak membalas kekerasan mereka dengan kekerasan pula.

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 
200. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 7:200)

Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan tentang kemungkinan Nabi Muhammad saw. digoda setan lalu dia tidak dapat melaksanakan prinsip di atas. Oleh karena itu Allah swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya agar selalu memohonkan perlindungan kepada Allah swt. jika godaan setan datang dengan membaca "ta`awuz". Allah swt. Maha Mendengar segala permohonan yang diucapkan dan Maha Mengetahui apa yang dalam jiwa seseorang yang dapat mendorong dia berbuat kejahatan atau kesalahan. Jika doa itu dibaca orang yang tergoda itu dengan hati yang ikhlas dan penghambaan diri yang tulus kepada Allah swt. maka Allah swt. akan mengusir setan dari dirinya, serta akan melindungi dari godaan setan itu. Sabda Rasulullah saw.:

ما منكم من أحد إلا وقد وكل به قرينه من الجن قالوا: وإياك يا رسول الله قال: وإياي إلا أن الله أعانني عليه وأسلم منه
Artinya: Tidak seorang pun di antara kamu sekalian melainkan didampingi temannya dari jenis jin. Berkatalah para sahabat: "Kamu juga hai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Juga. Hanya Allah menolong aku menghadapinya maka selamatlah aku daripadanya." (H.R Muslim dari 'Aisyah ra dan Ibnu Mas'ud).

Meskipun dalam ayat ini diperintahkan kepada Rasul, namun maksudnya ialah meliputi keseluruhan dari umatnya yang ada di dunia.


______________________

Oleh : Iin Sholihin 
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir II
Dosen Pengampu: Ibu Dra. Anisa Indriani, M.Si

Jurusan
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA



Rabu, 18 Oktober 2017

SAJIAN TAFSIR

Keberkahan Ibadah hingga Tujuh Turunan

(Sepenggal Kisah Nabi Khidir AS)


Yuk... Ibadah, Ibadah, Ibadah..... mumkin kita sering diingatkan dengan "tadzkir" kata seperti di atas. Kadang kita merespon tadzkir ini dengan sikap biasa, terkadang atau sering kita respon dengan sikap malas. dan jarang sekali kita merespon dengan sikap semangat dan kesungguhan. Karena paradigma kita telah mengakar bahwa : Ibadah itu nafsi -nafsi.... tidak usah diingatkanpun nanti atau kelak akan dilakoni. gak perli diingatkan apalagi diperintah... ??!!. Ada juga yang menganggap  : Ibadah itu urusan orang tua, orang yang sudah mau mati, sementara kaum muda belum begitu butuh dengan yang namanya ibadah. Dan Ibadah itu gak ada untungya secara materi / finansial. Dan Ibadah tidak berpengaruh dam sendi kehidupan. Begitu Bukan /// kebanyakan anggapan orang utamanya orang 'awwam.


kami katakan : SALAH BESAR BRO..... !!! 


Ibadah adalah kewajiban, bahkan ibadah merupakan kebutuhan, ibadah sejatinya merupakan tujuan diciptakannya JIn dan Manusia di muka jagad raya ini. 


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku”

(QS: adz-Dzariyat;56)


Saking pentinya ibadah, Alloh SWT memberikan rambu - rambu kepada kita seperti yang tertera dalam surat Dzariyat tersebut.  Alloh SWT punya maksud dan tujuan dari perintah ibadah tersebut, dan tentu akan ada nilai manfaat yang dapat diambil dari perintah ibadah tersebut. Apa benar - benar ada ???  dan apakah benar nyata ada nilai/ manfaat dari ibadah itu...???  mari kita buru jawabannya....


Dikisahkan, dalam sebuah perjalanan Nabi Musa sampai tiga kali mempertanyakan perbuatan Nabi Khidir yang dinilainya melanggar syariat Allah. Pada akhir perjalanannya, Nabi Khidir menjelaskan perihal perbuatannya tersebut. Salah satu perbuatan yang dipertanyakan tersebut adalah mana kala Nabi Khidir membangun sebuah rumah yang hampir roboh di sebuah desa. Nabi Musa mengusulkan kepada Nabi Khidir untuk meminta upah kepada penduduk desa atas kesediaannya menegakkan kembali dinding rumah yang hampir roboh itu. Padahal sebelumnya ketika kedua nabi itu memasuki desa tersebut dan meminta makanan kepada penduduknya mereka menolak memberi makanan tersebut. Dalam hal ini Nabi Khidir menjelaskan sebagaimana direkam oleh Al-Qur’an dalam Surat al-Kahfi ayat 82:


وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا

“Adapun tembok rumah yang hampir roboh itu adalah milik dua anak yatim di desa itu di mana di bawahnya terdapat simpanan harta bagi keduanya. Orang tua kedua anak itu adalah orang yang saleh. Maka Tuhanmu berkehendak keduanya mencapai dewasa dan akan mengeluarkan harta simpananya.”



Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’anul ‘Adhim menjelaskan bahwa kedua anak yatim itu dijaga sebab kesalehan orang tuanya dan tidak disebutkan kesalehan kedua anak itu. Antara kedua anak yatim dan orang tua yang saleh itu ada selisih tujuh generasi leluhur. Jadi yang dimaksud “orang tua yang saleh” pada ayat tersebut adalah kakek pada generasi urutan ketujuh dari anak yatim tersebut, bukan orang tua yang melahirkan keduanya.


Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa seorang yang saleh akan dijaga keturunannya dan keberkahan ibadahnya akan meliputi mereka di dunia dan akhirat. Dengan syafaatnya di akherat kelak keturunannya akan diangkat derajatnya di surga hingga derajat tertinggi sehingga bisa menjadi kebanggaan bagi orang yang saleh tersebut.


Dalam hal ini Tajudin Naufal dalam Hadiqatul Auliya’-nya mengatakan, bila ketakwaan kakek yang ketujuh saja dapat memberikan kemanfaatan bagi keturunannya yang ke tujuh, lalu bagaimana pendapat kita dengan ketakwaan orang tua kandung? Tak dapat disangkal, pohon yang baik pasti berbuah baik. Orang yang memakannya tak akan berhenti dan tetap kekal kebaikannya dengan ijin Allah Ta’ala.


Dari inilah banyak para ulama yang menganjurkan kepada para orang tua untuk terus giat dan istiqamah dalam beribadah. Karena keberkahan ibadah itu tidak hanya akan dinikmati oleh diri sendiri tapi juga oleh anak-anak keturunannya baik di dunia maupun di akherat kelak


Sumber :
Tafsir Al-Qur’anul ‘Adhim, Imam Ibnu Katsir
Hadiqatul Auliya’, Syaikh Tajudin

Selasa, 17 Oktober 2017

SAJIAN FIQH

MEMELIHARA JENAZAH ATAU TAJHIZUL JANAZAH

Oleh : H.Muhammad Duri Marzuqi

(Disampaikan dalam agenda Diklat Ramadhan PANROM Masjid Nurul Huda Malangan tahun 2016)

=========================================================

Alloh SWT berfirman :

كل نفس ذائقة الموت
Artinya : Semua yang bernafas akan merasakan mati

Nabi SAW bersabda :

الموت باب وكل الناس داخله
Artinya : Mati itu sebuah pintu dimana setiap manusia akan masuk didalamnya.

Apabila orang Islam meninggal baik, baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda, maka orang Islam yang hidup berkewajiban untuk memeliharanya dengan 4 perkara, yakni : 

  • Memandikan
  • Mengkafani / membungkus
  • Mensholatkan (mendoakan)
  • Dan menguburkan

Hukum memelihara/ tajhizul janazah adalah wajib kifayah, artinya kewajiban bagi semua orang Islam, akan tetapi bila sudah ada  salah satu diantara orang Islam telah melaksanakannya, maka orang lain sudah gugur kewajibannya, akan tetapi yang mendapatkan pahala tentunnya adalah  orang yang melaksanakan tersebut.

Syarat - Syarat Sholat Mayat/ Jenazah : Syarat sholat jenazah adalah sama dengan syarat sholat pada umumnya. Syarat –syarat makmum sholat jenazahpun sama dengan syarat makmum sholat pada umumnya. Akan tetapi ada beberapa hal lagi yaitu :
  • Mendahulukan mensucikan mayat dan segala sesuatu tang berhubungan dengannya seperti : Kain kafan, keranda  atau peti jenazah dan tidak syarat dikafani terlebih dahulu , akan tetapi makruh.
  • Tidak boleh mendahului tempat mayat
  • Jarak  antara jenazah dengan orang yang mensholatinya tidak boleh lebih dari 300 Dziro’ atau setara dengan 150 meter, kecuali kalau didalam masjid.
  • Tidak boleh ada stit atau tutup penghalang antara jenazah dengan orang yang mesholatinya.


Adapun keranda yang ditutup dan dipaku atau diikat ada dua hukum ketentuan : Jika tempat sholatnya itu di masjid makan keranta tersebut tidak perlu dibongkar tutup/ talinya Namun bilamana tempat sholatnya diluar masjid (di pelataran, rumah, gedung, dsb) maka tutup keranda harus dilepas/ dibongkar tali maupun pakunya.

Rukun Sholat Jenazah. Adapun rukun sholat jenazah adalah sbb :

  1. Niat
  2. Membaca takbir 4 kali, dan sunnat mengangkat ke dua tangan saat takbir.
  3. Berdiri bagi yang mampu
  4. Membaca  surat Al-Fatihah setelah takbir pertama.
  5. Membaca sholawat atas Nabi SAW selepas takbir ke dua, dan sunnah membaca sholawat      ‘Alal Ali
  6. Mendoakan jenazah/ mayat, walaupun mayat itu kanak-kanak atau orang yang gila sekalipun. Doa ini dibaca setelah takbir yang ke-tiga.
  7. Membaca salam sesudah takbir yang ke-empat. Adapun setelah takbir yang ke-empat dan sebelum berucap salam, disunnahkan membaca doa : Allohumma Laa tahrimnaa ajrohu  …… sampai akhir.
  8. Menurut Imam Ibnu Hajar, Salam yang dibaca ketika sholat jenazah tersebut dibaca komplit : Assalaamu ‘Alaikum wa rohmatulloohi wa barokaatuh.


Hal Ihwal Posisi Berdiri Ketika Sholat Jenazah

Berdirinya orang yang sholat (baik sebagai Imam, atau sholat sendiri/ munfarid) yakni : Jika mayatnya perempuan, maka posisi orang yang sholat disunnatkan  berada didekat pantat/ bokong mayat tersebut. Namun Jika mayatnya laki – laki, maka posisi orang sholat disunnatkan berada di dekat kepala mayat. Sehingga anggota badan mayat yakni kepala maupun  tubuh si mayat akan  lebih banyak berada di sisi kanan dari musholli/ orang yang sholat (baik imam ataupun sendiri/ munfarid).


_____________________

*Ingsun Sholihin 24/06/ 2016

Minggu, 15 Oktober 2017

KISAH NYATA TENTANG SHOLAWAT


Berkah Sholawat Nan Dahsyat


Dahulu ada seorang penyair hebat dan sangat terkenal yaitu Syaikh Farazdaq Syaikh Al-Farazdaq nama lengkapnya adalah Hammam bin Ghalib Abu Firas, (bahasa Arab: همام بن غالب ، ابو فراس) biasa dikenal sebagai al-Farazdaq (bahasa Arab: الفرزدق) (± 641 - ± 728-730) adalah seorang penyair Arab. Syaikh Al-Farazdaq  lahir di Kadhima (sekarang Kuwait) dan tinggal di Basra. Syaikh Al-Farazdaq  adalah anggota Darim, salah satu divisi paling terhormat di Bani Tamim, dan ibu Beliau berasal dari suku Dabbah. Kakek Beliau Sa'sa' adalah seorang Badui terkenal, ayah Beliau Ghalib mengikuti cara hidup yang sama hingga Bashrah didirikan, dan terkenal akan kelemahlembutannya. Beliau selalu asyik memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mempunyai kebiasaan melakukan ibadah haji setiap tahunnya. Suatu waktu ketika beliau melakukan ibadah haji kemudian datang berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan membaca qasidah di makam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam,dan ketika itu ada seseorang yang mendengarkan qasidah pujian yang dilantunkannya, 

Setelah selesai membaca qasidah orang itu menemui syaikh Farazdaq dan mengajak beliau untuk makan siang ke rumahnya, beliau pun menerima ajakan orang tersebut dan setelah berjalan jauh hingga keluar dari Madinah Al Munawwarah hingga sampai di rumah orang tersebut, sesampainya di dalam rumah orang tersebut memegangi syaikh Farazdaq dan berkata: “sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan kubawa engkau kesini untuk kugunting lidahmu”, maka orang itu menarik lidah beliau lalu mengguntingnya dan berkata : “ambillah potongan lidahmu ini, dan pergilah untuk kembali memuji Muhammad”, maka Farazdaq pun menangis karena rasa sakit dan juga sedih tidak bisa lagi membaca syair untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Kemudian beliau datang ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdoa : “Ya Allah jika shahib makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya, maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji nabi-Mu, namun jika Engkau dan nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula”, beliau terus menangis hingga tertidur dan bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berkata : “aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula, dan ketika syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya beliau mendapati lidahnya telah kembali seperti semula, maka beliaupun bertambah dahsyat memuji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 



Hingga di tahun selanjutnya beliau datang lagi menziarahi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan di saat itu datanglah seorang yang masih muda dan gagah serta berwajah cerah menemui beliau dan mengajak beliau untuk makan siang di rumahnya, beliau teringat kejadian tahun yang lalu namun beliau tetap menerima ajakan tersebut sehingga beliau dibawa ke rumah anak muda itu, dan sesampainya di rumah anak muda itu beliau dapati rumah itu adalah rumah yang dulu beliau datangi lalu lidah beliau dipotong, anak muda itu pun meminta beliau untuk masuk yang akhirnya beliau pun masuk ke dalam rumah itu hingga mendapati sebuah kurungan besar terbuat dari besi dan di dalamnya ada kera yang sangat besar dan terlihat sangat beringas, maka anak muda itu berkata : “engkau lihat kera besar yang di dalam kandang itu, dia adalah ayahku yang dulu telah menggunting lidahmu, maka keesokan harinya Allah merubahnya menjadi seekor kera”. Dan hal yang seperti ini telah terjadi pada ummat terdahulu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
( الأعراف :166 )

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada : “mereka jadilah kalian kera yang hina”. ( QS. Al A’raf : 166 )


Kemudian anak muda itu berkata: “jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja”, maka syaikh Farazdaq berkata : “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi dendam dan rasa benci kepadanya”, dan seketika itu pun Allah subhanahu wata’ala mematikan kera itu dan mengembalikannya pada wujud yang semula.

Dari kejadian ini jelaslah bahwa sungguh Allah subhanahu wata’ala mencintai orang-orang yang suka memuji nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena pujian kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam disebabkan oleh cinta dan banyak memuji kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berarti pula banyak mencintai beliau SAW. Dan semakin banyak orang yang berdzikir, bershalawat dan memuji nabi Muhammad SAW, maka Allah akan semakin menjauhkan kita, wilayah kita dan wilayah-wilayah sekitar dari musibah dan digantikan dengan curahan rahmat dan anugerah dari Allah SWT. Aamiin.


آللّهُمَ صَل ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا وَشَفِيْعِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الْأَطْهَارِ الْأَبْرَارِ وَصَحْبِهِ الْأَحِبَّةِ الْأَخْيَارِ وَعَنَّا مَعَهُمْ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah berilah Shalawat dan salam dan keberkahan untuk baginda kami, Nabi kami, kekasih kami, pelipur lara kami, pemberi kami syafaat di hari kiamat; Muhammad beserta keluarganya yang suci dan baik, dan para sahabatnya para kekasih pilihan, begitupun kami termasuk dari mereka dan seluruh orang mukmin dengan Rahmat-Mu wahai Yang Maha Penyayang.

____________________
*Diambil dari Buku saku "Shollu 'Alaa Hadzan Nabiy"
  disajikan kembali oleh : Ingsun Sholihin_Jogja

Sabtu, 14 Oktober 2017

SYAIR - SYAIRKU


SHOLAWAT  TAAN HANA  KENDAT....
SHOLAWAT SETIAP SAAT SEPANJANG HAYAT...

OLEH : INGSUN SOLIKHIN

================================================================


(1)
SYAIR “QOLBUN SALIM “ REMAS NUHA MALANGAN
BISA DIDENDANGKAN DENGAN LAGU SHOLATULLOH/ SUBHANALLOH


QOLBUN SALIM REMAJA MASJID
JAMA’AH TA’LIM DAN MAULID
ANAK MUDA REMAJA KOMPLIT
ANTI MAKSIAT BUKAN BANDIT

REMAS NUHA CINTA NABI
DIMANA SAJA AKAN DICARI
AKAN DIKENANG SAMPAI MATI
KAR’NA MEMANG DICINTAI

QOLBUN SALIM REMAS NUHA
KEBANGGAAN KITA BERSAMA
MOGA ABADI SEPANJANG MASA
BERMANFAAT  UNTUK SEMUA

REMAS NUHA KITA DUKUNG
AYO CEPAT KITA BERGABUNG
TIDAK USAH RAGU DAN BINGUNG
S’KALI DATANG LANGSUNG GANDRUNG

ORANG HADIR JADI PAHAM
ORANG DENGAR TIDAK DENDAM
QOLBUN SALIM RABU MALAM
BIKIN HATI JADI TENTRAM

______________________________________________________________________


(2)
SYAIR KIDUNG ATI : PADHANG BULAN ING NGAYOGYAKARTA
DIBUAT DALAM RANGKA HUT KOTA JOGJA 07 OKTOBER 2014



اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللهِ صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ

NGAWITI INGSUN NGLARAS IKI KIDUNGAN
KELAWAN MUJI  ANA NGARSANE PENGERAN
KANG PARING ROHMAT LAN KENIKMATAN
 RINO LAN WENGI..2X  TANPA PITUNGAN

PITU OKTOBER PITULAS SEKET ENEM (07 OKTOBER 1756)
NGAYOGYAKARTA MADEG KANTHI MAREM
PARA WARGA NYENGKUYUNG KANTHI SENGSEM
NGAYOGYAKARTA MUGI-MUGI AYEM TENTREM

NGAYOGYAKARTA INGKANG ARAN “BERHATI NYAMAN”
BERSIH – SEHAT – ASRI – NYAMAN ING KASUNYATAN
NGAYOGYAKARTA KONDHANG ING SESEBUTAN
KOTA SENIMAN, KOTA PELAJAR LAN KABUDHAYAN

NGAYOGYAKARTA “ISTIMEWA” ING NUSWANTARA
NGAYOGYAKARTA “ISTIMEWA” KONDHANG KALOKA
NGAYOGYAKARTA “ISTIMEWA” PANCEN NYATA
NGAYOGYAKARTA “ISTIMEWA” SAK LAMI-LAMINYA



________________________________________________________________________

(3)

       SYAIR  SHOLAWAT   : JOGJA ISTIMEWA             
       DALAM RANGKA HUT KOTA JOGJA 07 OKTOBER 2014

  (lagu : SHOLATULLOH/ SUBHANALLOH)


INILAH SYAIR – SYAIR GEMBIRA
INILAH SYAIR – SYAIR BAHAGIA
SENANGLAH HATI JANGAN BERDUKA
UNTUK YOGYAKARTA TERCINTA


YOGYAKARTA ISTIMEWA
KEBANGGAAN KITA BERSAMA
MOGA ABADI SEPANJANG MASA
ADIL – MAKMUR – SEJAHTERA

KEISTIMEWAAN KITA DUKUNG
AYO CEPAT KITA BERGABUNG
TIDAK USAH RAGU DAN BINGUNG
S’KALI DUKUNG LANGSUNG GANDRUNG

YOGYAKARTA GUDANG TRADISI
KEMANA SAJA AKAN DICARI
AKAN DIKENANG SAMPAI MATI
YOGYAKARTA S’LALU DI HATI

YOGYAKARTA KOTA TERCINTA
KOTA PELAJAR KOTA BUDHAYA
SERBA KOMPLIT APAPUN ADA
JOGJA “NEVER ENDING ASIA”


YOGYAKARTA BERHATI NYAMAN
BERSIH – SEHAT – ASRI TENAN
KOTANYA AMAN TIDAK RAWAN
S’KALI DATANG LANGSUNG KRASAN


YOGYAKARTA INDAH PERMAI
TIAP SUDUT KOTANYA RAMAI
MASYARAKATNYA CINTA DAMAI
JANGAN SAMPAI ENGKAU LALAI


CUKUPLAH SUDAH SYAIR TERASA
KAMI SUSUN APA ADANYA
YOGYAKARTA TIADA DUANYA
MARI BERSYUKUR PADA SANG ‘AZZA























MASJID DAN ANAK#2



TELADAN ROSULULLOH 
TENTANG KEBIJAKAN DI LINGKUNGAN MASJID

(Bahan muhasabah untuk diri pribadi kami yang lemah yang memohon hidayah)



Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sering berinteraksi dengan anak-anak di masjid saat shalat. Perlakuan Rasulullah ini  sangat berbeda jauh dengan kenyataan yang dilakukan oleh sebahagian oknum Muslim terhadap anak-anak yang suka bermain di masjid. Brikut beberapa kasus penanganan yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pada anak-anak di masjid, diantaranya adalah sebagai berikut ini :

Pertama,

عن شداد رضي الله عنه قال: خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم في إحدى صلاتي العشي الظهر أو العصر وهو حامل حسناً أو حسيناً، فتقدم النبي صلى الله عليه وسلم فوضعه عند قدمه ثم كبر للصلاة، فصلى، فسجد سجدة أطالها!! قال: فرفعت رأسي من بين الناس، فإذا الصبي على ظهر رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو ساجد! فرجعت إلى سجودي، فلما قضى رسول الله صلى الله عليه وسلم الصلاة، قال الناس: يا رسول الله إنك سجدت سجدة أطلتها حتى ظننا أنه قد حدث أمر أو أنه يوحى إليك؟ قال: “كل ذلك لم يكن، ولكن ابني ارتحلني، فكرهت أن أعجله حتى يقضي حاجته” (رواه النسائي والحاكم وصححه ووافقه الذهبي)

 Dari Sahabat Nabi yang bernama Syaddad ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah datang – ke masjid- mau shalat Isya atau Zuhur atau Asar sambil membawa -salah satu cucunya- Hasan atau Husein, lalu Nabi maju kedepan untuk mengimami shalat dan meletakkan cucunya di sampingnya, kemudian nabi mengangkat takbiratul ihram memukai shalat. Pada saat sujud, Nabi sujudnya sangat lama dan tidak biasanya, maka saya diam-diam mengangkat kepala saya untuk melihat apa gerangan yang terjadi, dan benar saja, saya melihat  cucu nabi sedang menunggangi belakang nabi yang sedang bersujud, setelah melihat kejadian itu saya kembali sujud bersama makmum lainnya. Ketika selesai shalat, orang-orang sibuk bertanya, “wahai Rasulullah, baginda sujud sangat lama sekali tadi, sehingga kami sempat mengira telah terjadi apa-apa atau baginda sedang menerima wahyu”.  Rasulullah menjawab, “tidak, tidak, tidak terjadi apa-apa, cuma tadi cucuku mengendaraiku, dan saya tidak mau memburu-burunya sampai dia menyelesaikan mainnya dengan sendirinya.” (HR: Nasa’i dan Hakim)

Kedua, 

وعن عبد الله بن بريدة عن أبيه رضي الله عنه قال: خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، فأقبل الحسن والحسين رضي الله عنهما عليهما قميصان أحمران يعثران ويقومان، فنزل فأخذهما فصعد بهما المنبر، ثم قال: “صدق الله، إنما أموالكم وأولادكم فتنة، رأيت هذين فلم أصبر”، ثم أخذ في الخطبة (رواه أبو داود).

Dari Abdullah Bin Buraidah meriwayatkan dari ayahandanya: Rasulullah sedang berkhutbah -di mimbar masjid- lalu -kedua cucunya- Hasan dan Husein datang -bermain-main ke masjid- dengan menggunakan kemeja kembar merah dan berjalan dengan  sempoyongan jatuh bangun- karena memang masih bayi-, lalu Rasulullah turun dari mimbar masjid dan mengambil kedua cucunya itu dan membawanya  naik ke mimbar kembali, lalu Rasulullah berkata, “Maha Benar Allah, bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah, kalau sudah melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa sabar.” Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya. (HR: Abu Daud)

Ketiga, 

وفي حديث آخر: كان الرسول صلى الله عليه وسلم يصلي، فإذا سجد وثب الحسن والحسين على ظهره، فإذا منعوهما أشار إليهم أن دعوهما، فلما قضى الصلاة وضعهما في حجره (رواه ابن خزيمة في صحيحه).

dalam Hadis lain diceritakan, bahwa Rasulullah shalat, dan bila beliau sujud maka Hasan dan Husein bermain menaiki belakang Rasulullah. Lalu, jika ada sahabat-sahabat yang ingin melarang Hasan-Husein maka Rasulullah memberi isyarat untuk membiarkannya, dan apabila setelah selesai shalat rasulullah memangku kedua cucunya itu. (HR: Ibnu Khuzaimah)

Keempat,

وقال أبو قتادة رضي الله عنه: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وأمامة بنت العاص -ابنة زينب بنت الرسول صلى الله عليه وسلم- على عاتقه، فإذا ركع وضعها وإذا رفع من السجود أعادها (رواه البخاري ومسلم).

 Abu Qatadah ra mengatakan: “Saya melihat Rasulullah saw memikul cucu perempuannya yang bernama Umamah putrinya Zainab di pundaknya, apabila beliau shalat maka pada saat rukuk Rasulullah meletakkan Umamah di lantai dan apabila sudah kembali berdiri dari sujud maka Rasulullah kembali memikul Umamah.” (HR. Bukhari & Muslim)

Kelima, 

وفي رواية أخرى عن أبي قتادة رضي الله عنه قال: بينما نحن جلوس في المسجد إذ خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم يحمل أمامة بنت أبي العاص بن الربيع -وأمها زينب بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم- وهي صبية يحملها، فصلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي على عاتقه يضعها إذا ركع ويعيدها إذا قام، حتى قضى صلاته يفعل ذلك بها (رواه النسائي).

pada Riwayat Lain Dari Abu Qatadah, mengatakan “……… pada saat rukuk Rasulullah meletakkan Umamah di lantai dan apabila sudah kembali berdiri dari sujud maka Rasulullah kembali memikul Umamah. Dan Rasulullah terus melakukan hal itu pada setiap rakaatnya sampai beliu selesai shalat.” (HR:Nasa’i)

Keenam,

وفي حديث آخر: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “إني لأدخل في الصلاة وأنا أريد إطالتها فأسمع بكاء الصبي فأتجوّز في صلاتي مما أعلم من شدة وجد أمه من بكائه” (رواه البخاري ومسلم).

 dalam hadis yang lain Rasulullah berkata, “Kalau sedang shalat, terkadang saya ingin shalatnya agak panjangan, tapi kalau sudah mendengarkan tangis anak kecil -yang dibawa ibunya ke masjid- maka sayapun menyingkat shalat saya, karena saya tau betapa ibunya tidak enak hati dengan tangisan anaknya itu.” (HR: Bukhari Dan Muslim)

Ketujuh, 

وفي رواية أخرى: قال أنس رضي الله عنه: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يسمع بكاء الصبي مع أمه وهو في الصلاة فيقرأ بالسورة الخفيفة أو بالسورة القصيرة (رواه مسلم).

Anas meriwayatkan, “Pernah Rasulullah shalat, lalu beliau mendengar tangis bayi yang dibawa serta ibunya shalat ke masjid, maka Rasulullah pun mempersingkat shalatnya dengan hanya membaca surat ringan atau surat pendek. (HR: Muslim)

Kedelapan

وفي حديث آخر أن النبي صلى الله عليه وسلم: جوّز ذات يوم في الفجر -أي خفف- فقيل: يا رسول الله، لم جوزت؟! قال: “سمعت بكاء صبي فظننت أن أمه معنا تصلي فأردت أن أفرغ له أمه” (رواه أحمد بإسناد صحيح).

pada hadis lain diriwayatkan bahwa Nabi memendekkan bacaannya pada saat shalat Subuh (dimana biasanya selalu panjang), lalu sahabat bertanya: “Ya Raslullah kenapa shalatnya singkat, enggak biasanya? Rasulullah menjawab, “saya mendengar suara tangis bayi, saya kira ibunya ikutan shalat bersama kita, saya kasihan dengan  ibunya.” (HR:  Ahmad)

Sembilan, 

وعن الربيع بنت معوذ رضي الله عنها قالت: أرسل رسول الله صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار التي حول المدينة: “من كان أصبح صائماً فليتم صومه، ومن كان أصبح مفطراً فليتم بقية يومه” فكنا بعد ذلك نصومه ونصوم صبياننا الصغار منهم إن شاء الله، ونذهب إلى المسجد فنجعل لهم اللعبة من العهن، فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناها إياه عند الإفطار (رواه مسلم)،

Sahabat Nabi Yang Bernama Rabi’ menceritakan bahwa pada suatu pagi hari Asyura Rasululah mengirim pesan ke kampung-kampung sekitar kota Madinah, yang bunyinya “Barang siapa yang sudah memulai puasa dari pagi tadi maka silahkan untuk menyelesaikan puasanya, dan bagi yang tidak puasa juga silahkan terus berbuka”. Sejak saat  itu kami senantiasa terus berpuasa pada hari Asyura, begitu juga anak-anak kecil kami banyak yang ikutan berpuasa dengan kehendak Allah, dan kami pun ke masjid bersama anak-anak. Di masjid kami menyiapkan mainan khusus buat anak-anak yang terbuat dari wool. Kalau ada dari anak-anak itu yang tidak kuat berpuasa dan menangis minta makan maka kamipun memberi makanan bukaan untuknya”. (HR. Muslim)

Demikianlah betapa Rasulullah dan para Sahabat memanjakan anak-anak di masjid meski lumayan seru karena yang namanya anak-anak pasti akan menimbulkan berbagai gangguan keributan dan tangisan yang menyebabkan shalat atau ibadah jadi terganggu. Namun, ada saja oknum pengurus masjid yang tetap  ingin melarang anak-anak dan membatasi gerak observasi, eksplorasi anak,membatasi haus dahaga ilmu anak dari masjid dengan berdalil tentang KeKhusyuk'an, atas nama kesepakatan orang banyak, atas nama kesepakatan para pengurus atau senior. Boleh saja berdalih NAMUN jangan salahkan dan kambing hitamkan anak-anak kita...
..
Yang benar adalah Islam sangat peduli dengan anak-anak, dan memerintahkan para ayah dan orang tua kerabat yang bertanggungjawab pada anak-anak untuk menyuruh anak-anaknya shalat sejak umur 7 tahun. Dan tempat yang benar dalam mengajarkan anak-anak shalat dan membaca Al-Quran dan hukum-hukum tajwid dan materi-materi keislaman lainnya, adalah Masjid. Seperti itu petunjuk dan pedoman yang diajarkan Rasulullah pada ummatnya terkait interaksi kita kepada anak-anak di masjid. Sehingga siapapun tidak boleh mengusir anak-anak dari masjid, sebab mereka adalah pemuda-pemuda harapan masa depan.

Allah memerintahkan kita agar meneladani Rasulullah pada segala hal, baik terkait urusan dunia maupun akhirat, sehingga sudah selayaknyalah kita mengikuti dan meladani Rasulullah dalam membiasakan anak-anak kita untuk mendatangi masjid dan bermain di masjid, serta tidak membiarkan mereka ngumpul-ngumpul tidak jelas di ujung gang atau jalan yang hanya akan menyebabkan akhlak mereka menjadi buruk karena pengaruh lingkungan dan teman-teman mereka yang tidak sehat.

Dan andainya pun sebahagian anak-anak yang datang ke masjid sering menjadi gangguan bagi orang-orang yang sedang shalat, baik karena suara tangisan mereka, jeritan dan lengkingan suara, namun jamaah masjid tidak boleh meresponnya dengan kasar atau memarah-marahi anak-anak tersebut atau orang tua anak-anak, yang hanya akan menambah-menambah keributan baru saja. Serahkan hal itu kepada para pengurus masjid atau remaja masjid untuk menyelesaikan masalah anak-anak tersebut dengan bijak dan baik seperti metode yang dilakukan oleh Rasulullah.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قام أعرابي فبال في المسجد!! فتناوله الناس، فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم: “دعوه، وهريقوا على بوله سجلاً من ماء أو ذنوباً من ماء فإنما بعثتم ميسرين ولم تبعثوا معسرين” (رواه البخاري ومسلم).

Rasulullah adalah teladan terbaik bagi kita. Pernah terjadi seorang Arab Badui masuk ke dalam  Masjid Nabawi, lalu Si Badui buang air kecil di dalam masjid itu. Melihat si badui pipis di masjid maka para sahabat nabi marah. Menanggapi hal ini Nabi pun menyelesaikannya dengan  bijak dan lembut dan berkata, “Biarkanlah badui itu, nanti jika pipisnya sudah selesai mohon cuci dan siram kencingnya itu dengan air. Kalian -umat islam- ini  diutus bukan untuk bikin repot, melainkan untuk mempermudah.” (HR: Bukhari & Muslim).

Islam tidak melarang anak-anak ke masjid. Islam justru mewajibkan umatnya  membiasakan anak-anak generasi penerus datang ke masjid untuk belajar shalat, belajar  membaca Al-Quran, belajar tajwid dan belajar hukum syariat lainnya.

Dan yang perlu diingat dan dicatat dan diamalkan adalah sikap lemah lembut dalam menyelesaikan masalah anak-anak di masjid.


Rasulullah pernah bersabda,

“إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه ولا ينزع من شيء إلا شانه” (رواه مسلم).

 “Segalanya sesuatu yang dibarengi dengan kelembutan niscaya akan membuatnya menjadi lebih cantik dan indah. Jika kelembutan terenggut, segalannya akan menjadi rusak dan jelek.”
 (HR: Muslim)

MARI.... 
Kembali menilik ayat Alloh SWT tentang prinsip berdakwah, agar segala sikap kita dalam menghadapi berbagai masalah dan fenomena yang ada senantiasa penuh hikmah, bijak, ramah, lembut, dan santun

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ  

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
Surah An-Nahl ayat 125




________________________

disarikan dari kitab :

طرد الأطفال من المسجد بحجة التشويش على المصلين  
diterjemahkan  Kivlein Muhammad.

Disunting kembali oleh Ingsun Sholihin.



MASJID DAN ANAK - ANAK

ANAK LARI DI MASJID 
ATAUKAH 
ANAK LARI DARI MASJID...???

(Sebuah renungan untuk kita semua para pemakmur Masjid)



Sudah Menjadi keinginan setiap Muslim baik muda maupun orangtua, bahwa anak atau putra-putrinya kelak akan menjadi pribadi yang baik, pribadi yang dapat taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, berbakti kepada kedua orangtua, dapat menjunjung harkat martabat orangtua dan keluarga, juga berguna bagi Agama, Nusa, dan Bangsanya. Harapan dan cita -cita ini tentu akan ter-realisasi bilamana si anak yang "digadhang-gadhang" tersebut mendapatkan asupan nilai gizi pendidikan yang baik, benar, lurus, dan mantab dari kedua orangtuanya. SETUJUKAH ANDA...???

Nah... Selanjutnya, dimana orangtua dapat memberikan asupan gizi pendidikan yang baik untuk bekalnya kelak? tentu ada yang akan menjawab :
1. Dari Sekolah
2. Dari Kuliah / Kampus
3. Dari Pondok Pesantren
4. Dari Taman Pendidikan Al-Quran
5. Dan lain-lain
Memang semua benar, namun yang lebih tepat dan merupakan jawaban yang cukup sederhana yakni : Si Anak akan mendapatkan asupan nilai gizi pendidikan yang  lingkup yang terkecil yakni dari keluarganya. 

Bila Pendidikan di lingkup keluarga sudah baik, InsyaAlloh akhlaq dari si Anak otomatis akan menjadi baik. Darimana teori ini...? jawabannya ada di surah At-Tahrim ayat ke-6 sbb,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً 
“Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka”

Dalam ayat ini setidaknya tersirat lima perintah untuk kita :
# Bekali Keluarga dengan Ilmu
# Didik Mereka Menjadi Pribadi Yang Beradab
# Ajak Keluarga Melakukan Ketaatan
# Larang Keluargamu Melakukan Maksiat
# Bimbing Keluarga Untuk Selalu Ingat Kepada Allah dan Berdzikir Kepada-Nya

Tentu dalam "menggembleng" mendidik atau membimbing anak tidak monoton terus dengan teori maupun nasihat, adakalanya (bahkan ada yang mengharuskan) perlu adanya  praktik dan keteladanan. Dan MASJID adalah salah satu sarana/ media praktik dan keteladanan yang efektif srta efisien untuk Si Anak. Masjid adalah '"Ruang Display" syariat risalah Islam, di masjid akan ada berbagai aktifitas agama Islam. Sebagai contoh adalah adanya aktivitas wudhu, sholat, tadarrus Qur'an, infaq / shodaqoh, adzan -iqomah, mu'asyaroh maupun muammalah yang baik di dalam atau lingkungan masjid, dzikir, dan keteladanan yang lain.  

Di masjid/ musholla tersebut, si Anak selain mendapat teori ptaktik langsung dari orangtuanya, ia juga akan mendapatkan teori praktik dari orang lain yang beraktivitas didalam masjid/ mushola tersebut. katakanlah ini adalah bagian dari eksplorasi dan observasi Si anak terhadap apa yang ia telah terima dari orangtuanya. si Anak akan croscek (ceck and receck) apakah benar apayang telah diajarkan oleh orangtuanya? sebagai sarana perbandingan dan penyamaan gelombang ilmu. Pada akhirnya nanti Sia Anak akan berkesimpulan : 

Ternyata yang diajarkan Ayah/Ibu/ kakak/Nenek/Kakek  itu... benar dan benar-benar (nyata) ada serta harus dilakukan, terbuktui bahwa orang lainpun juga mnelakukan hal yang sama di masjid/ mushola yang telah ia lihat, ia dengar, dan ia saksikan dengan "mata-kepala"  sendiri. 

Dari sinilah, SEYOGYANYA setiap Muslmi/ orangtua senantiasa memberikan ruang praktik, ruang eksplorasi, maupun ruang observasi SERTA keteladanan kepada putra-putrinya ketika memberikan bimbingan dalam rangka usaha membekali dan membentuk karakter kuat kepada Si Anak. Ajaklah anak sesekali atau beberapakali ke tempat ibadah Masjid maupun Musholla yang ada di lingkungan kita dengan "berkala istiqomah" . Hal inipun sempat dan pernah, bahkan (ada yang meriwayatkan) beberapakali dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Begitu telaten dan sabarnya Nabi dalam mendidik dan membekali keluarganya, salah satunya dengan mengajak cucu beliau ke Masjid. Kalaupun cucu Nabi berbuat sesuatu (main) di dalam masjid, itu adalah HAL yang LUMRAH sebagai fithroh anak-anak. Nabipun sabar dan memakluminya.

BAGI SAYA PRIBADI...,  AKAN LEBIH BAIK BILA ANAK - ANAK LARI-LARI (MAIN) DI MASJID, DARIPADA ANAK - ANAK LARI (PERGI/ MENGHINDAR) DARI MASJID.

Bila anak lari -lari di masjid, tentu masih di dalam ruang atau lingkup wilayah masjid/ musholla. Melihat yang demikian itu, kita sebagai seniornya tentu tidak akan diam saja, setelah sholat atau saat akan sholat tentu nanti kita akan nasihati agar berhenti dan  tidak menulangi lagi, Si Anak diberi pengertian bahwa masjid adalah tempat ibadah dsb. Lalu kita arahkan untuk berkelakuan baik, tenang, atau dibimbing untuk memulai ibaadah-ibadah ringan dulu.Secara Psikis nasihat yang didengar seseorang ketika masih di dalam lingkup wilayah nasihat tsb (ditempat yang sama dengan gelombang yang sama), tentu akan lebih berkesan (mengena) dan berbekas di lubuk hatinya, lalu cenderung patuh dan membenarkan, 

Namun....

Bila anak sudah lari dari masjid, maka si anak sudah jauh dari lingkup masjid, kita sebagai seniorpun akan sedikit susah kuwalahan untuk  membimbing, memberi nasihat, dan mengarahkannya. karena Secara psikis si anak nanti anak akan banyak menolak nasihat kita, tidak membenarkan nasihat kita,
Kenapa ...? karena, anak sudah berada di tempat yang berbeda (beda gelombang). Contoh : Jika anak yang lari -lari di masjid tersebut diusir oleh seniornya dari masjid, lalu anak tersebut pergi dari masjid dan berpindah ke tempat main/ tempat nongkrong/ tempat jajan... tentu nasihat kita tentang anjuran bersikap baik/ tenang di dalam masjid sudah tidak digubris, Kenapa...??? karena mumkin  ia takut akan gertakan pengusiran tadi, atau mumkin karena ia sedang sakit hati atas pengusiran dari masjid tadi,  atau  bisa saja mumkin karena si anak sudah benci dan gak mau lagi dengan masjid...??? na'uudzubillaah... semoga yang demikian tidak terjadi di lingkungan kita semua.

DAN TENTU AKAN LEBIH BAIK LAGI, BILA ANAK - ANAK BERIBADAH DI MASJID, 
Bermakna :  Anak - anak sudah tidak lari-lari di masjid maupun sudah tidak lari dari masjid/ musholla lagi. ia (si Anak) sudah mengerti/ paham/ patuh  akan  petuah dan nasihat yang bijak dari para seniornya. tentu semua ini  terjadi dengan melalui sebuah proses....


NAMUN SAYANG SERIBU SAYANG.... Tidak sedikit dari beberapa pengurus masjid tidak sabar menghadapi anak-anak kecil yang lalu-lalang keberadaannya di masjid. Tidak sedikit diantara mereka justru mengusir mereka keluar masjid, atau menempatkan di shaf paling belakang agar tidak mengganggu jamaah yang lain. Padahal, nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam justru berinteraksi dengan anak-anak di masjid saat shalat. Perlakuan Rasulullah ini  sangat berbeda jauh dengan kenyataan yang dilakukan oleh sebahagian oknum Muslim terhadap anak-anak yang suka bermain di masjid. Berikut beberapa kasus penanganan yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pada anak-anak di masjid. 

Pertama, 

عن شداد رضي الله عنه قال: خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم في إحدى صلاتي العشي الظهر أو العصر وهو حامل حسناً أو حسيناً، فتقدم النبي صلى الله عليه وسلم فوضعه عند قدمه ثم كبر للصلاة، فصلى، فسجد سجدة أطالها!! قال: فرفعت رأسي من بين الناس، فإذا الصبي على ظهر رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو ساجد! فرجعت إلى سجودي، فلما قضى رسول الله صلى الله عليه وسلم الصلاة، قال الناس: يا رسول الله إنك سجدت سجدة أطلتها حتى ظننا أنه قد حدث أمر أو أنه يوحى إليك؟ قال: “كل ذلك لم يكن، ولكن ابني ارتحلني، فكرهت أن أعجله حتى يقضي حاجته” (رواه النسائي والحاكم وصححه ووافقه الذهبي)

Dari Sahabat Nabi yang bernama Syaddad ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah datang – ke masjid- mau shalat Isya atau Zuhur atau Asar sambil membawa -salah satu cucunya- Hasan atau Husein, lalu Nabi maju kedepan untuk mengimami shalat dan meletakkan cucunya di sampingnya, kemudian nabi mengangkat takbiratul ihram memulai shalat. Pada saat sujud, Nabi sujudnya sangat lama dan tidak biasanya, maka saya diam-diam mengangkat kepala saya untuk melihat apa gerangan yang terjadi, dan benar saja, saya melihat  cucu nabi sedang menunggangi belakang nabi yang sedang bersujud, setelah melihat kejadian itu saya kembali sujud bersama makmum lainnya. Ketika selesai shalat, orang-orang sibuk bertanya, “wahai Rasulullah, baginda sujud sangat lama sekali tadi, sehingga kami sempat mengira telah terjadi apa-apa atau baginda sedang menerima wahyu”.  Rasulullah menjawab, “tidak, tidak, tidak terjadi apa-apa, cuma tadi cucuku mengendaraiku, dan saya tidak mau memburu-burunya sampai dia menyelesaikan mainnya dengan sendirinya.” (HR: Nasa’i dan Hakim).

Kedua, 

وعن عبد الله بن بريدة عن أبيه رضي الله عنه قال: خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، فأقبل الحسن والحسين رضي الله عنهما عليهما قميصان أحمران يعثران ويقومان، فنزل فأخذهما فصعد بهما المنبر، ثم قال: “صدق الله، إنما أموالكم وأولادكم فتنة، رأيت هذين فلم أصبر”، ثم أخذ في الخطبة (رواه أبو داود).

Dari Abdullah Bin Buraidah meriwayatkan dari ayahandanya: Rasulullah sedang berkhutbah -di mimbar masjid- lalu -kedua cucunya- Hasan dan Husein datang -bermain-main ke masjid- dengan menggunakan kemeja kembar merah dan berjalan dengan  sempoyongan jatuh bangun- karena memang masih bayi-, lalu Rasulullah turun dari mimbar masjid dan mengambil kedua cucunya itu dan membawanya  naik ke mimbar kembali, lalu Rasulullah berkata, “Maha Benar Allah, bahwa harta dan anak-anak itu adalah fitnah, kalau sudah melihat kedua cucuku ini aku tidak bisa sabar.” Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya. (HR: Abu Daud),

# BERSAMBUNG......
Ingsun Sholihin: 14/10/2017