TAQWA : BEKAL TERBAIK DAN UTAMA UNTUK PARA HAMBA
(Sajian refleksi akhir tahun 1445 Hijriyah dan sambut awal tahun 1446 Hijriyah)
|
Remaja Masjid Nurul Huda Malangan - PHBI 1 Muharrom 1446 H |
Alhamdulillaah….. kita sudah memasuki Awal Tahun Baru Islam 1446 Hijriyah. Tahun baru Islam dapat
dimaknai sebagai momen kaum muslim untuk meningkatkan keimanan serta
ketakwaan kepada Allah Swt. Dengan datangnya tahun baru, amalan dan tingkah
laku umat muslim diharapkan dapat lebih baik daripada sebelumnya. Dalam sebuah
hadis dijelaskan meruginya orang-orang yang tidak menjadi lebih baik sebagai
berikut:
"Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari
kemarin, maka ia [tergolong] orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini
sama dengan hari kemarin, maka ia [tergolong] orang yang merugi. Siapa saja
yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat
[celaka],” (HR Al-Hakim).
Peningkatan keimanan serta
ketakwaan tersebut begitu tepat karena waktu yang datang adalah bulan Muharam,
salah satu bulan yang diistimewakan Allah Swt. di samping Zulhijah, Zulkaidah,
dan Rajab. Allah SWT memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk mencari bekal terbaik dalam mengarungi samudra kehidupan dunia ini :
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ ١٩٧
Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat. (Al-Baqarah : 197).
Syaikh 'Ali Ash-Shobuniy dalam Kitab Shofwatut Tafsir mengatakan dan menekankan tentang pentingnya membekali dan mempersenjatai diri dengan taqwa ini :
"Seorang hamba yang benar dalam memaknai dan memahami konsep taqwa tentu ia akan beramal bertindak sesuai koridor taqwa tersebut (sesuai norma agama/ syariat), ia akan berupaya untuk menjaga dirinya dan keluarga keturunannya dari perkara maupun perbuatan yang melanggar koridor taqwa tersebut".
Salah satu cara meningkatkan iman
dan taqwa adalah dengan memahami makna taqwa dulu. Secara umum makna taqwa
adalah melakukan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Pada kesempatan
kali ini kami ingin mengetengahkan makna taqwa menurut salah satu sahabat Nabi
yang cerdas yakni sahabat Ali Ibn Abi Tholib.
Makna taqwa sebagaimana
diterangkan oleh Sayyidina Ali Karromallahu wajhah yang dikutip dalam kitab
al-Manhajus Sawi, oleh al-allamah al-Muhaqqiq al-Habib Zain bin Ibrahim bin
Smith. Sayyidina Ali membeberkan kepada
kita makna taqwa yang terbentang dalam empat hal yaitu;
الخوف من الجليل والعمل بالتنزيل والقناعة
بالقليل والإستعداد ليوم الرحيل
Bahwa taqwa adalah takut kepada
Allah yang bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar al-Qur’an (at-tanzil) dan
menerima (qona’ah) terhadap yang sedikit, dan bersiap-siap menghadapi hari
akhir perlihan (hari akhir).
Pertama; Al-khaufu minal Jalil
artinya bahwa taqwa itu akan menjadikan seseorang merasa takut kepada Allah swt
yang memiliki sifat Jalal. Takut melanggar berbagai aturan dan ketentuan-Nya.
Sehingga apapun yang akan diperbuatnya selalu dipertimbangkan terlebih dahulu.
Tangan tidak akan digunakan untuk memungut benda yang bukan miliknya tanpa
izin. Kaki tidak digunakan untuk berjalan ke aarah yang salah, demikian juga
mata dan telinga tidak akan difungsikan sebagai alat mendurhakai-Nya.
Maka taqwa dalam bingkai
Al-khaufu minal Jalil, lebih bernuansa ‘penghindaran dan pencegahan’ dari pada
‘pelaksanaan’. Karena sesungguhnya ‘ketakutan’ itu akan menyebabkan seseorang
enggan melakukan tindak kesalahan. Seperti halnya seorang anak kecil yang takut
bermain air hujan karena takut kepada orang tuanya.
Kedua; wal ‘amalu bit tanzil,
menghindari sesuatu karena takut kesalahan dalam konsep taqwa tidak lantas
menjadikan seseorang tidak berbuat apa-apa, karena hal taqwa juga menuntut
tindakan baik yang berdasar pada al-Qur’an yang diturunkan (at-tanzil) sebagai
pedoman hidup dan dasar bersyariat bagi kaum muslim. Maka segala ‘amal orang
yang bertaqwa berdasar pada al-Qur’an, dan mereka tidak akan melakukan sesuatu
secara serampangan tanpa adanya dalil yang mendasarinya baik al-Qur’an, Hadits,
Ijam’ maupun qiyas.
Ketiga; al-Qana’atu bil Qalil, artinya orang yang
bertaqwa akan selalu merasa cukup dengan rizki yang sedikit, sesungguhnya orang
yang memiliki rizqi yang sedikit dan merasa cukup dengan rizqi tesebut adalah
bukti sekaligus tanda bahwa orang itu dicintai oleh Allah swt. Sebagaimana yang
disabdakan rasulullah saw.
إن الله إذا أحب عبدا رزقه كفافا
Bahwa jika Allah mencintai
seorang hamba ia akan memberikan rizki yang pas-pasan kepadanya.
Artinya pas-pasan adalah tidak
memiliki kelebihan selain untuk menutupi kebutuhan pokoknya, inilah tanda orang
taqwa yang dicintai Allah swt. Oleh karena itu dalam kenyataannya tidak
seorangpun hamba yang hidup pas-pasan bertindak secara berlebihan, berhura-hura
dan doyan belanja. Karena berbagai macam keglamouran hidup itu sangat dibenci
oleh Allah swt. menyebabkan manusia melupakan Tuhannya. Itulah bukti hamba itu dicintai
oleh Allah.
Berbeda sekali dengan seorang
yang memiliki limpahan harta yang berlebih. Maka di kala waktu luang setan akan
segera menghampirinya dan membujuk untuk berbuat hura-hura, jalan-jalan
berekreasi ke tepi pantai atau santai santai di menikmati keremangan malam atau
malah mencari kesibukan diluar pengetahuan pasangannya. Sesungguhnya Allah
tidak mencintai orang-orang yang sepertin ini.
Maka menjadi amat penting
memeperhatikan sabda Rasulullah saw selanjutnya yang berbunyi:
طوبى لمن هدي الإسلام وكان رزقه كفافا ورضي
به
Beruntung sekali orang (yang
mendapatkan petunjuk)Islam, yang mempunyai rizqi pas-pasan dan rela dengan
rizqi (yang pas-pasan) itu.
Ridha atau rela dengan
kesedikitan itu menjadi satu sarat tersendiri. Sebagai pertandanya orang
tersebut tidak pernah berkeluh-kesah akan keadaanya. Banyak sekali hamba yang
merasa cukup dengan rizqi yang diterimanya, saying sekali ia sering
keluhan-keluhan. Sesungguhnya hal yang demikian itu mengurangi ketaqwaan.
Dan keempat, al-isti’dadu li
yaumir rakhil, adalah bersiap-siap menghadapi hari perpindahan. Perpindahan
dari alam dunia ke alam kubur lalu ea
lam akhirat. Artinya segala amal orang yang bertaqwa senantiasa dalam ranga
menyiapkan diri akan hadirnya hari kematian. yaitu hari keberangkatan dari alam
dunia menuju alam akhirat. Oleh karena itu ketika Rasulullah ditanya “siapakah
manusia yang paling cerdas dan paling mulia di hadapan Allah?” beliau menjawab
mereka adalah manusia yang
أكثرهم ذكرا للموت وأشدهم إستعدادا له
Manusia yang paling banyak
mengingat kematian dan paling semangat mempersiapka diri menghadapinya.
Ini juga merupakan tuntunan
praktis bagi umat muslim meningkatkan ketaqwaannya, yaitu selalu mengingat
kematian Karena, seorang yang mengingat kematian ia tidak akan mudah terjerumus
dalam kubangan dosa.
Sebagai bukti sekaligus buah dari iman dan taqwa, Umat Islam
dianjurkan menjalankan berbagai amal saleh di setiap nafas kehidupannya, apalagi
di bulan mulia ini, seperti : seperti sholat, bersedekah/ zakat, haji, umroh,
berzikir, hingga berpuasa sunah. Dalam sebuah perkataan Abdullah bin Abbas Ra.
sewaktu membahas Surat At-taubat ayat 36, disampaikan pahala serta dosa
berlipat ganda bagi perbuatan di bulan Muharam sebagai berikut:
“Beribadah dan beramal saleh di
bulan-bulan haram dilipatkan gandakan pahalanya oleh Allah Swt. Demikian
sebaliknya, bermaksiat dan berbuat dosa di bulan-bulan tersebut digandakan
hukumannya”.
Adapun amalan-amalan yang bisa
dilakukan di Tahun Baru Islam/ bulan Muharram ini sbb :
1. 1. Memperbanyak Puasa Sunnah. Dari Abu Hurairah RA berkata,
Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik
puasa setelah puasa Ramadhan adalah pada bulan Allah yang bernama Muharram".
(HR. Muslim)
2. Menghidupkan Puasa 'Asyura dan Tasu'a (9-10 Muharram). Rasulullah
SAW bersabda:
"Dan puasa
di hari 'Asyura saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa)
setahun yang lalu." (HR Muslim)
Nabi juga
berpesan dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu 'Abbas: "Berpuasalah kalian
pada hari 'Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya
atau berpuasalah setelahnya satu hari." (HR Ahmad, HR Al-Baihaqi)
Fadhillah
melaksanakan puasa 'Asyura adalah menggugurkan dosa selama setahun lalu.
Mengenai puasa Tasu'a (9 Muharram) dilakukan sehari sebelum puasa 'Asyura
hukumnya pun sunnah. Dari Ibnu Abbas RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila (usia)-ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari
kesembilan". (HR. Muslim)
3. 3. Memperbanyak Sedekah. Selain menghidupkan puasa sunnah,
umat Islam juga dianjurkan memperbanyak sedekah. Sedekah pada bulan Muharram
menurut Mazhab Maliki sangat dianjurkan. Sementara mahzab lainnya tidak
memberikan penekanan khusus, namun tidak memberi larangan untuk mengamalkannya.
Sebagaimana
keutamaan Muharram di mana Allah melipatgandakan pahala setiap amal saleh, maka
memperbanyak sedekah termasuk menyantuni anak yatim merupakan amalan yang
disukai Allah. Allah berfirman yang artinya:
"Perumpamaan
orang-orang yang mendermakan (sodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti
(orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap
untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang
yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui".
(QS. Al-Baqarah: 261)
Kirab 1 Muharrom Suro 1446 H - Kampung Malangan
Demikian sedikit pengingat di
awal tahun baru Hijriyah ini semoga bermanfaat. Aamiin.