بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kami Memulai
dengan……
keutamaan Surat Al-Fatihah, (MUKADDIMAH AL-QUR’AN)
Untuk Anda Insan
Mulia...
Sekarang…, Simaklah
dan Resapi…..
Dalam ranah
interpretasi al-Qur’an, surah al-Fatihah sering dianggap sebagai mukaddimah
al-Qur’an yang bisa memberikan benang merah ajaran al-Qur’an. Dengan memahami
kandungan surah al-Fatihah, diharapkan seorang pengkaji al-Qur’an memiliki
basis pengetahuan yang kokoh untuk selanjutnya digunakan untuk lebih jauh
mengakses makna-makna yang hendak dibangun dan dikembangkan dalam ajaran
al-Qur’an. Alasan yang mendasari asumsi ini adalah bahwa al-Fatihah
telah ditetapkan sebagai surah wajib yang harus dibaca setiap kali shalat
hendak ditegakkan. Artinya, dalam sehari semalam saja seorang muslim diharapkan
membaca al-fatihah sebanyak 17 kali, sesuai jumlah raka’at shalat wajib. Selain
itu, Rasulullah sendiri telah menyampaikan sebuah hadits qudsi yang ia riwayatkan
dari Allah Swt. tentang keutamaan al-fatihah.
عن
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى
: قَسَمْتُ الصَّلاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ
عَبْدِي نِصْفَيْنِ ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ
)) : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(( قَالَ
اللَّهُ تَعَالَى : حَمِدَنِي عَبْدِي .وَإِذَا قَالَ
: ))الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(( قَالَ
اللَّهُ تَعَالَى : أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي .وَإِذَا قَالَ
)) :مَالِكِ
يَوْمِ الدِّينِ (( قَالَ : مَجَّدَنِي
عَبْدِي - وَقَالَ مَرَّةً : فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي .فَإِذَا قَالَ))
: إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ(( قَالَ : هَذَا بَيْنِي
وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ .فَإِذَا قَالَ
: ))اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ(( قَالَ : هَذَا لِعَبْدِي
وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ
. رواه
مسلم
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt berfirman : Saya membagi shalat (surah al-fatihah) menjadi dua bagian. Keduanya dibagi antara Aku dan hamba-Ku. HambaKu berhak mendapatkan apa yang mereka minta. Jika seorang hamba membaca al-Hamdu Lillahi Rabbil ‘Alamin, Allah berkata “Hamba-Ku memuji Aku. Jika hamba membaca ar-Rahman ar-Rahim, Allah berkata, “Hamba-Ku mengagungkan diri-Ku. Jika hamba membaca Malik Yaumiddin, maka Allah berkata : sungguh hamba-Ku memuliakan nama-Ku. Manakala seorang hamba membaca : Iyyaka Na’budu Waiyyaka Nas’tain, Allah berkata : ibadah ini adalah hubungan Aku dengan hamba-Ku. Sedang hambak-Ku akan memperoleh apa yang ia minta. Jika hamba membaca : Ihdina Shirathal Mustqqim, Shirathallazina An’amta Alaihim Ghairil Maghdhubi ‘Alaihim Walladdhallin, maka Allah mengatakan : ini bagian hamba-Ku dan mereka akan memperoleh apa yang mereka minta.[1]
Makna hadits di atas memetakan
al-Fatihah menjadi tiga kategori utama :
A. Tauhid yang
merupakan hak Allah Swt. Yang terangkum dari basmalah hingga ayat ke-4.
B. Pembagian hak
dan kewajiban antara Allah dan hamba-Nya pada ayat ke-5. Ibadah sebagai hak
Allah swt dan merupakan kewajiban hamba. Sedang isti’anah merupakan hak
seorang hamba setelah ia menunaikan kewajibannya berupa ibadah. Isti’anah
ini telah Allah tetapkan sebagai kewajiban-Nya sendiri.
C. Isti’anah yang tertera pada ayat ke-5 tersebut
mengindikasikan bahwa ayat-ayat setelahnya semuanya masuk dalam kategori hak
hamba. Isti’anah yang dimaksud adalah ajaran berupa do’a permintaan yang
hendaknya diprioritaskan. Yaitu permintaan hidayah dalam segala keadaan sebelum
meminta fasilitas lain yang pada prinsipnya untuk mendukung pelaksanaan ibadah
tersebut. Seperti, rumah, kendaraan, status sosial, dll. Karakter hidayah yang
diminta adalah hidayah yang telah diterima dengan baik, berupa iman dan amal
yang telah dipraktekkan secara paripurna oleh para nabi, shiddiqiin, syuhada
dan shalihin. Kesatuan iman dan amal ini disebut hidayah taufiq dalam terminologi syari’ah. Atau pun berdasarkan
istilah al-Fatihah sendiri, mereka itu adalah para penempuh jalan yang lurus
(shiratal mustaqim), yaitu jalan iman dan amal dengan tingkat konsistensi yang
mapan, hingga ajal menjemput mereka. Hidayah yang hanya bisa dinikmati secara
sempurna oleh orang-orang tersebut di atas. Adapun selain mereka, hidayah irsyad yang wujudnya berupa
petunjuk tertulis dalam al-Qur’an dan Sunnah yang belum teraflikasi dalam
kehidupan nyata seseorang. Hidayah yang tidak merasuk ke dalam pikiran dan hati
seseorang sehingga berpengaruh pada pola tingkah laku dan pola pikir yang
integral dalam kerangka tauhid kepada Allah Swt. Hidayah seperti ini hanya akan
menjadi bumerang bagi seluruh manusia, sebagaiman disinyalir oleh Rasulullah
Saw dalam sebuah sabdanya, “Al-Qur’an merupakan hujjah yang akan membelamu
(apabila engkau wujudkan dalam kehidupan nyata) atau menjadi bumerang manakala
Engkau lalai dari petunjuknya”. Tipikal komunitas yang menyimpang dari jalan
yang lurus adalah komunitas kaum Yahudi yang berbekal ilmu yang banyak. Hal ini
terbukti dengan banyaknya nabi yang diutus kepada mereka. Namun mereka tidak
mewujudkannya dalam amal nyata. Bahkan yang mereka lakukan adalah menentang,
menyelisihi dan bahkan membunuh nabi-nabi yang diutus. Sedang di fihak lain,
komunitas Nasrani sangat rajin beramal dan semangat beribadah, tetapi nihil
ilmu sehingga berujung pada kesesatan.
KEUTAMAAN SURAH AL-FATIHAH
Surah
al-Fatihah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya :
A. Pintu langit
dibuka ketika diturunkan dan juga sebagai cahaya.
عن
ابن عباس رضي الله عنهما قال : بينما جبريل قاعد عند النبي صلى الله عليه وسلم سمع نقيضا من فوقه
فرفع رأسه فقال : هذا باب من السماء فتح اليوم ، لم يفتح قط إلا اليوم ، فنزل منه
ملك فقال : هذا ملك نزل إلى الأرض ، لم ينزل قط إلا اليوم ، فسلم وقال : أبشر
بنورين أوتيتهما ، لم يؤتهما نبي قبلك ؛ فاتحة الكتاب ، وخواتيم سورة البقرة ، لن تقرأ بحرف منهما إلا
أعطيته .. ]رواه مسلم وصححه الألباني في صحيح الترغيب و الترهيب / 1456 [ ..
Dari Ibnu Abbas ra ia berkata, “Ketika Jibril sedang duduk bersama
nabi Saw, ia mendengar suarah gemuruh dari atas, lalu ia melihat ke atas sambil
berkata, “itu adalah pintu langit yang terbuka hari ini. Sebalumnya tidak
pernah dibuka sama sekali. Lalu turunlah mailkat darinya. Jibril berkata,
“inilah salah satumalaikat turun dari langit. Ia sama sekali belum pernah turun
ke bumi sebelumnya. Lalu sang malaikat mengucapkan salam kemudian berkata :
Bergembiralah dengan dengan dua cahaya yang akan diberikan kepadamu. Keduanya
belum pernah sama sekali diberikan kepada seorang nabi pun sebelum Engkau.
Yaitu surah al-Fatihah dan penutup surah al-Baqarah….[2]
Sebagai do’a penyembuh penyakit (rukyah).
عن أبي سعيد
الخدري قال : (( كنا في مسير لنا فنزلنا فجاءت جارية فقالت إن سيد الحي سليم
وإن نفرنا غيب فهل منكم راق فقام معها رجل ما كنا نأبنه برقية
فرقاه فبرأ فأمر له بثلاثين شاة وسقانا لبنا فلما رجع قلنا له أكنت تحسن رقية أو
كنت ترقي قال لا ما رقيت إلا بأم الكتاب قلنا لا تحدثوا شيئا حتى نأتي
أو نسأل النبي صلى الله عليه وسلم فلما قدمنا المدينة ذكرناه للنبي صلى
الله عليه وسلم فقال وما كان يدريه أنها رقية اقسموا واضربوا لي بسهم)) (( .. رواه البخاري
( ..
Dari
Abu Said al-Khudri r.a. ia berkata, “Ketika kami melakukan perjalanan jauh,
lalu kami singgah di sebuah perkampungan. Lalu tiba-tiba datang seorang budak
perempuan sambil berkata, tetua kampung kami sedang sakit, apakah di
antara kalian ada yang bisa ? Lalu salah seorang di antara kami bangkit dan
sebelumnya ia tidak memiliki pengalaman mengobati. Ia lalu membacakan baca’an
ruqyah padanya hingga tetua kampung tersebut sembuh. (sebagai hadiah) ia
diberikan 30 kambing dan kami juga dijamu dengan susu segar. Ketika ia kembali,
kami bilang kepadanya, kamu memang bisa meruqyah atau pernah meruqyah ? Dia
bilang : saya tidak mengobatinya kecuali dengan bacaan ruqyah surah al-Fatihah.
Kami sarankan padanya agar tidak menceritakan hal ini atau nanti kita tanyakan
saja masalah ini kepada Rasulullah Saw. Tatkala kami tiba di Madinah, kami
menyampaikan hal itu kepada beliau. Lalu beliau berkata, “Siapa yang
mengajarinya bahwa al-Fatihah adalah bagian dari bacaan ruqyah. Kalau begitu,
bagi-bagi saja hadiahnya. Jangan lupa untuk saya….[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar