TRADISI NYADRAN AGENG TAHUNAN DI KAMPUNG MALANGAN
Yogyakarta – Warga RW 13 kampung Malangan, Giwangan menggelar kegiatan Nyadran Ageng di Masjid Nurul Huda Malangan pada hari Ahad (06/05) lalu. Agenda Nyadran Ageng ini rutin dilakukan setiap tanggal 20 bulan Ruwah (Sya’ban) tiap tahunannya, dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Agenda Nyadran kali ini ini dihadiri sedikitnya 150 - 200 warga, baik dari warga Malangan ataupun warga sekitar seperti kampung Sanggrahan, Donoloyo, Mahesan, Dladan, dan Nglebeng. Semua yang hadir adalah para ahli waris makam malangan sisi utara dan selatan. “Alhamdulillah agenda nyadran tahun ini makin banyak yang hadir. Menurut laporan teman-teman lebih dari 150 warga yang hadir, baik dari warga malangan sendiri maupun warga atau ahli waris kampung – kampung sekitar. Kami berharap ke depan akan lebih banyak dan meriah lagi.” Tutur Muhammad Hakam selaku ketua RW 13 Kampung Malangan.
Tradisi Nyadran Ageng di Malangan ini juga berfungsi sebagai wadah silaturahmi antar ahli waris masyarakat Malangan dengan ahli waris dari masyarakat kampung sekitar. Agenda Nyadran Ageng ini sudah berjalan lebih dari setengah Abad, dan tetap lestari sampai sekarang. “Seingat saya Tradisi nyadran ini sudah ada kisaran tahun 1950-an, sebelum saya lahir, dan saat saya masih kecil Tradisi Nyadran-an ini sudah berjalan baik, dulu tempatnya masih di makam namun kemudian dipindah di masjid”, papar M.Hakam. Agenda Nyadran Ageng ini juga didukung dan dihadiri pejabat pemerintahan desa setempat, seperti Lurah Giwangan, Kasi Trantib Kelurahan, dan LPMK kelurahan Giwangan. Bahkan Lurah Giwangan sempat memberikan dukungan, sambutan, dan apresiasi yang luar biasa atas agenda Nyadran tahunan ini. “Kami dari unsur pemerintahan pada tahun ini memasukkan agenda Nyadran semacam ini dalam anggaran APBD kami, tiap kampung yang mengadakan Sadranan akan menerima dana oprasional sebesar 2 juta rupiah”.Jelas Drs. Suradi, selaku Lurah Kelurahan Giwangan. “Walau dana ini tidak seberapa, semoga ini menjadi salah satu faktor pendukung lestarinya tradisi nyadran ini”, tandasnya.
Adapun rangkainan agenda Nyadran Ageng ini, berupa Pembacaan Rotib Tahlil dan do’a oleh ‘Mbah Kaum’ atau Rois yakni K.H. Muhammad Duri Mz, bersama – sama melaksanakan Birrul walidain mendoakan para leluhur yang berada di makam Malangan sisi utara dan selatan. KH.M.Duri menjelaskan, “Ini juga sebagai wujud syukur atas nikmat karunia Tuhan (Alloh SWT) dan juga sebagai wujud Birrul Walidain (berbakti) kepada orang tua maupun leluhur yang telah tiada”. Selesai Tahlil, acara disambung dengan Ta’lim atau Pengajian. Kali ini yang berindak sebagai pembicara adalah K.H. Drs. Hedri Sutopo dari Krapyak Yogyakarta. Dalam pengajian tersebut, dijelaskan bahwa Negara Indonesia akan tetap ada dan eksis bilamana warganya atau rakyatnya masih dan tetap melakukan tradisi Nyadran semacam ini.“NKRI akan tetap ada, aman, tentram, maju, dan sejahtera bilamana rakyatnya tetap menjaga tradisi semacam ini. Mengapa demikian..??? karena insyaAlloh warga atau rakyat indonesia yang menggelar Nyadran-an tidak akan pernah membahas pergantian presiden, kudeta, maupun mengganti Republik Indonesia menjadi bentuk pemerintahan lain”, papar Hendri Sutopo. “Malah di dalam majlis Nyadran ini kita senantiasa berdoa untuk keselamatan, kebaikan, dan kejayaan Negara Indonesia tercinta”, sambung Hendri. Dan memang demikian nyata adanya, karena di akhir sesi pengajian langsung ditutup dengan doa untuk kebaikan bersama dan kebaikan Bangsa. (Isho)